Rabu, 15 Januari 2014

LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-9]


[Episode sebelumnya: Dengan segera Arli mengucapkan pamit kepada Bayu dengan alasan ingin beristirahat dan segera menonaktifkan handphonenya. Bayu yang merasakan tingkah Arli yang begitu dingin dan berbeda menjadi tak tenang. Berkali-kali Bayu mencoba menghubungi Arli, namun handphone Arli sudah tidak aktif...]


Malam itu Bayu tak mampu memejamkan mata. Pikiran Bayu masih ke seputar pembicaraan terakhirnya dengan Arli. Berkali-kali Bayu bergumam pelan, “kenapa Arli jadi bersikap dingin?”, meskipun di lubuk hati Bayu, ia sudah menebak bahwa sikap Arli tadi adalah buah dari ucapan terakhirnya pada Arli. 

Seiring berjalannya waktu malam itu, Bayu sadar telah salah bertanya. Mungkin karena egonya yang terlalu terburu-buru ingin memperjelas keadaan antara dirinya dan Arli, akhirnya pertanyaan pendek itu meluncur dari bibir Bayu, yang sebenarnya bertujuan untuk melihat reaksi Arli. Setidaknya Bayu punya gambaran, seperti apa Bayu dimata Arli. Bagi Bayu, sikap Arli yang terlalu terbuka, terlalu santai, terlalu ceria, dan terlalu menyenangkan teramat sangat mengkuatirkan. Bayu takut kalau itu adalah sifat natural Arli yang terlanjur membuat Bayu melambung tinggi ke udara. 

Seringnya Bayu berpikir bahwa Arli menyukainya, sebanding dengan seringnya Bayu membanding-bandingnya dirinya dengan kriteria laki-laki yang menurut Bayu pas berpasangan dengan Arli. Dan bagi Bayu, laki-laki itu bukanlah dirinya.
Rasa percaya diri Bayu semakin runtuh ketika gagal menghubungi Arli kembali untuk kesekian kalinya.. “maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa menit lagi".

Waktu terus berlalu, tidak terasa sudah hampir 1 jam Bayu menatapi handphone mungil di tangannya. Ingin rasanya Bayu memejamkan mata dan segera tidur, tetapi Bayu tak mampu. Pikirannya terlalu berkecamuk dengan berbagai kemungkinan tentang sikap dingin Arli. Bayu semakin menyesali pertanyaannya, “ah..bukannya berhasil mengetahui isi hati Arli, malah aku baru saja memutus jembatan pertemanan kami” sesal Bayu dalam hati. 


Tiba-tiba, “tring…” bunyi pertanda sms masuk di handphone Bayu, belum lagi membuka sms, terdengar kembali ,”tring…tring..tring..tring” berurut-urutan sms masuk ke handphone Bayu. Perlahan Bayu menekan tombol pembuka kunci handphone miliknya, dan melihat nama pengirim sms yang ternyata hanya 1 nama saja, “hah??? ARLI???”. Bayu shock dan terdiam beberapa saat. 

Sms-sms itu masuk berderet dengan cepatnya. Bayu menduga sms itu diketik dalam 1 sms, namun handphone Bayu tak mampu membuka keseluruhan, dan secara otomatis memilah-milah sesuai batas kapasitasnya, sehingga menghasilkan 5 sms. 

Bayu membuka sms pertama, “….Bayu, sorry, aku menonaktifkan handphoneku tadi. Aku butuh berpikir sebelum aku mengirimkan sms ini ke kamu. Aku pengen nanggepin pertanyaan terakhirmu ke aku sebelum aku mematikan handphoneku.” Jantung Bayu deg-degan membacanya. 

Tak ingin lebih lama dalam rasa penasarannya, segera dibukanya sms kedua Arli, “Aku tau waktu perkenalan kita sangat2 singkat, terlebih waktu pertemuan kita yang Cuma di atas kapal. Siapa aja bisa kita temukan di kapal, tanpa tau siapa dia, latar belakangannya, pribadinya, semualah.” 

Bayu mencoba menebak-nebak arah pesan dari Arli. Namun Bayu terlalu tegang untuk mampu berpikir jernih. Rasa tidakpercaya diri yang lebih dulu hinggap di diri Bayu membawa dirinya semakin tersudut dan tidak mampu berpikir lain selain kegagalannya mendekati Arli si pejuang tangguh. Dengan menghela nafas panjang dan mengucap kalimat permohonan singkat pada Tuhan, Bayu membuka sms ketiga, “Jujur aja, aku nyaman dengan perkenalan kita, aku nyaman dengan obrolan kita dulu di kapal, aku nyaman dengan kamu, sampai mendorong aku mencari tau tentang kamu di friendster. Tadinya aku pikir menyambung kembali komunikasi denganmu sah-sah aja. Aku ga berharap lebih dari teman biasa aja.” Pipi Bayu sedikit merona ketika membaca kata per kata pesan dari Arli, namun sayangnya pada akhir-akhir kalimat, justru membuat Bayu bimbang, “sebenarnya Arli pengen nyampein apa?”, batin Bayu. 

Kali ini, Bayu benar-benar tak mampu menguasai degub jantungnya yang berdetak jauh lebih kencang dari sebelumnya. Sudah kepalang tanggung, Bayupun melanjutkan membaca sms keempat, “Tapi sepertinya banyak hal terjadi di luar dugaanku. Mungkin sms ini bagimu menggambarkan aku perempuan paling berani dan agresif di dunia. Dimana-mana laki-laki yang mau menyatakan perasaannya ke perempuan, ya kan? Aku juga mungkin akan sangat teramat menyesal setelah ngirim sms ini ke kamu. Semua udah kupertimbangkan. Aku menghargai kamu sebagai laki-laki, aku hargai pribadiku sbagai perempuan.”. 

Bayu terdiam lagi, “apa yang jadi pertimbangan Arli? Apa maksudnya? Apa dia urung karna aku kurang inisiatif?”, rasa sesal menyelimuti hati Bayu. Ingin rasanya Bayu memutar waktu, “ahh..tau gini, lebih inisiatif aku deketin Arli.” Ujarnya dalam hati sambil membuka sms terakhir, “Rasanya aku membohongi diriku sendiri kalau aku bilang aku ga punya perasaan lain ke kamu selain sekedar perasaan temen yang berkenalan di kapal. Kamu pasti bisa baca dari responku stelah pertemuan kita di kapal. Bayu, sepertinya aku menyukai kamu. Itu jawaban atas tingkahku selama ini… “.

Bayu terduduk, pipinya merona. Sebuah senyuman terukir diwajahnya. Rasanya seperti diguyur berpuluh-puluh liter air sejuk di tengah gurun pasir yang kering dan gersang, mungkin itulah ungkapan yang paling pas untuk perasaan Bayu saat ini. Ingin rasanya Bayu segera menelepon Arli dan langsung bilang, “aku sayang kamu, ayo jadian”, tapi Bayu urung. Dalam benaknya ia berkata, “Arli terlalu luar biasa untuk diajak jadian hanya melalui telfon, apalagi sms. Ga..ga bisa. Aku harus nyiapin yang jauh lebih baik dari itu.” 


Tiba-tiba semangat Bayu bergelora. Meskipun tidak mengirimkan tanggapan apa-apa kepada Arli, tetapi sesungguhnya tiap detik hidup Bayu telah diisi bayang-bayang Arli. Bayu mencoba tidur, namun belum lagi sempat tertidur, kembali sebuah senyum sumringah menghiasi wajah Bayu. Entahlah, mungkin saat ini Bayu benar-benar telah teramat jatuh cinta dengan Arli. Beberapa jam kemudian barulah Bayu berhasil tidur, dan mungkin saja sudah tidak perduli lagi akan mimpi indah atau mimpi buruk malam itu.


Pagi ini Bayu bangun lebih pagi dari biasanya. Entah mengapa, meskipun waktu tidurnya sangat sedikit semalam, namun tubuhnya terasa bersemangat untuk beraktivitas sepanjang hari. Tidak hanya bersemangat, namun wajahnya turut berseri-seri sepanjang hari. Ingin rasanya Bayu segera memberikan tanggapan atas sms Arli tadi malam, namun Bayu terlalu mempertimbangkan kata-kata apa yang akan disampaikannya pertama kali kepada Arli. Tanpa disadari Bayu pertimbangan-pertimbangannya telah membuat dirinya asik sendiri sehingga tak menyadari hari sudah menjelang malam. 

Kali ini Bayu siap memberi kabar pada Arli. Bayu menekan tombol-tombol pada handphone putih miliknya dengan cepat. Wajar saja, nomor handphone Arli telah terhafal katam di otak Bayu. Mungkin dalam keadaan tidur sekalipun Bayu pasti dapat menyebutkan nomor handphone Arli dengan fasih dan cepat hahaha. Terdengar beberapa kali nada panggil pertanda handphone Arli dalam keadan aktif. Sayangnya, sampai kesempatan nada terakhir, Arli tak kunjung mengangkat telfon dari Bayu. Tidak patah semangat, Bayu mencoba lagi..dan mencoba lagi. Hingga akhirnya ada suara menyapa Bayu, “hallo..”, suara Arli terdengar indah di telinga Bayu.

Merasa lega, Bayu menjawab sapaan Arli dengan terlebih dahulu menarik nafas untuk menghilangkan suara terbata-bata efek semangatnya yang berlebihan, ““hmm..hallo Arli. Lagi sibuk ya?”, Bayu mencoba terdengar tenang. Arlipun menjawab kembali, “iya maaf, tadi lagi ibadah Asrama, jadi telfon kamu aku reject”. Bayupun bingung harus berbasa basi seperti apa lagi, karena Arli perempuan blak-blakan yang tidak pantas dibasa-basi. Segera saja Bayu membuka pembicaraan, “Soal sms kamu kemarin, makasih ya..”, Bayu merasa cukup menyampaikan itu saja. Dia tidak ingin menyampaikan isi hatinya melalui telfon malam itu, Bayu ingin lebih. Tak menyangka sama sekali, tiba-tiba Arli memberi respon yang lagi-lagi membuat Bayu terdiam , “gitu aja?” tanya Arli tegas...


[to be continued..] 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar