Rabu, 15 Januari 2014

LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-tiba... [Episode-11]



Arli mulai terbiasa dengan kehadiran Bayu di tiap harinya selama berlibur di Bandung. Hampir setiap hari Bayu mengajaknya jalan-jalan. Mulai dari wisata alam ke Gunung Tangkuban Perahu sampai wisata sejarah ke Dago Pakar mengamati Goa Jepang dan Goa Belanda yang ada disana. Semua terasa menyenangkan bagi Arli meskipun Bayu tetap menyajikan kesederhanaan dari setiap petualangan perjalanan mereka hari demi hari. Menggunakan sepeda motor Bayu menempuh panas dan hujan, makan di warung tenda menikmati sepiring pecel ayam atau semangkok soto, minum segelas jeruk hangat di warteg dipinggir jalan sembari menunggu hujan turun, atau sekedar duduk-duduk santai makan gorengan di tepi lapangan olahraga yang dipenuhi keramaian anak-anak bermain bola dan sekelompok remaja yang bercanda gurau.

Arli tak henti-hentinya tersenyum ketika mengingat perjalanan pertamanya bersama Bayu di Bandung. Bayu mengajaknya ke Dago Pakar, yang menyajikan perpaduan wisata alam dan wisata sejarah. Lokasinya tidak terlalu jauh dari kos Inat maupun kos cimon. Tapi Arli tak mengetahui kalau ternyata lokasinya sangat jauh dari rumah Bayu. Ketika selesai menikmati semua sisi wisata di Dago Pakar dan bersiap meninggalkan Dago Pakar, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Bayu mengajak Arli berteduh di sebuah pondok sederhana berseberangan dengan Goa-Goa peninggalan bersejarah. Di sisi kiri pondok itu terlihat seorang ibu pedagang jagung bakar sibuk mengipas-ngipas arang di bawah jagungnya. Bayupun mendekati si ibu, “bu, jagung bakarnya 2. 1 pedas, 1 lagi yang biasa”. Bayu memang bukan pecinta masakan pedas, berbanding terbalik dengan Arli yang tak pernah lepas dari makanan pedas. Jagung bakar mereka nikmati sambil ngobrol diselingi canda tawa. 
Tidak terasa waktu sudah berlalu cukup lama, namun rintik hujan masih tidak berhenti meskipun tidak sederas sebelumnya. Arli mengingat ada janji dengan Cimon untuk beribadah tutup tahun ke gereja. Mau tak mau mereka harus mengakhiri petualangan hari itu. Bayupun segera membuka jaketnya dan menggunakannya sebagai pengganti payung bagi Bayu dan Arli. Ukuran jaket Bayu yang tidak terlalu lebar membuat Arli harus berjalan berdekatan dengan Bayu. Arli masih ingat betul bagaimana perasaan tak karuan di hatinya saat itu. Arli merasa sudah kenal lama dengan Bayu, dia merasa nyaman, dan tidak merasa takut sama sekali meskipun itu bukan dikota yang familiar dengannya. Dan kisah itu menjadi awal dari petualangan Arli berikutnya.

5 Januari 2006
Setelah seminggu berada di Bandung, akhirnya Arli berkesempatan mengunjungi Gunung Tangkuban Perahu bersama Bayu. Untuk pertama kalinya Arli melihat langsung Gunung Tangkuban Perahu yang pernah Arli baca kisahnya di buku pelajarannya sewaktu masih di Sekolah Dasar. Seperti biasa, Bayu membawa Arli dengan mengendarai sepeda motornya. Cuaca cukup mendung saat itu, Arli dan Bayu lebih banyak menghabiskan waktu sekedar mengobrol di pondok yang tersedia di sepanjang jalan setapak menuju ke posisi paling pas memandang keindahan kawah gunung tangkuban perahu. Mungkin suasana yang cukup mendung membuat Arli dan Bayu tidak terlalu bersemangat berbincang-bincang, Bayu dan Arli hanya duduk terdiam di salah satu pondok memandang orang yang berlalu lalang menyusuri jalan setapak disekitaran gunung tangkuban perahu. Bayu memilih duduk bersandar pada tiang penyangga gubuk sementara itu Arli duduk di sebelah kiri Bayu. 


Tanpa disadari Arli saat itu tangan kiri Bayu bersandar pada ujung sandaran kursi Arli dengan posisi hampir bersentuhan dengan punggung Arli. Keadaan diam membuat Arli sedikit risih dan segera mengambil walkman miliknya. Sayang sekali Arli lupa membawa kaset. Pilihan terakhir adalah mengaktifkan radio walkman. Arli memutar channel dan berhenti difrekuensi yang memutarkan lagu yang Arli kenal. Tidak lama berselang sudah berganti dengan lagu yang tidak disukai Arli, “ganti dong channelnya..lagunya ga seru”. Bayu tersentak dengan permintaan Arli. Di dalam hati Bayu bergumam, “uh..posisi udah nyaman begini, kapan lagi bisa berdekatan dengan Arli, “ dengan gerakan terlihat kaku, Bayu berusaha meraih walkman Arli dari meja di hadapan mereka dengan tangan kanannya, sementara itu tangan kiri Bayu yang berada di belakang punggung Arli tidak bergerak sama sekali seolah-olah Bayu tidak rela melepaskan peluang sedekat itu dengan Arli. 

Arli sedikit tersenyum ketika melihat kekakuan Bayu memutar channel radio dengan tangan kanannya sambil menahan agar walkman Arli tidak terjatuh dari tangannya. Disisi lain Bayu juga mulai merasakan gerakannya yang kaku, “kok aneh gini ya. Tapi kalau muter channelnya pakai tangan kiri, berarti peluang sedekat ini dengan Arli lenyap. Kalau selesai mengganti channel kembali ke posisi ini lagi, wahh..ga berani dong. Tadi juga posisinya begini ga sengaja..” batin Bayu. Dengan pasrah terlihat aneh, Bayu berjuang menemukan frekuensi yang menyuguhkan lagu paling pas hanya dengan tangan kanannya saja.

Alunan musik dari walkman Arli terdengar lembut. Niat Bayu membawa Arli mengunjungi Gunung Tangkuban Prahu bukan sekedar menghabiskan waktu berduaan dengan Arli, namun Bayu sudah mengukuhkan hatinya ingin menyatakan perasaannya secara jujur kepada Arli di sana. Bayu menarik nafas panjang seolah-olah mempersiapkan kekuatan penuh untuk menyatakan perasaannya. Namun baru saja hendak membuka pembicaraan ke arah itu, tiba-tiba saja Bayu langsung mengurungkan niatnya.



Bayu sudah membulatkan tekadnya untuk menyatkaan perasaannya secara jujur kepada Arli di Gunung Tangkuban Prahu, ternyata kebulatan tekadnya tidak cukup untuk memampukan Bayu mengurai kalimat pernyataan rasa sayangnya, justru Bayu ikut terdiam sebagaimana Arli yang terlihat lebih banyak diam hari itu. Hampir saja Bayu memulai ucapannya, namun ketika memandang wajah Arli yang tidak seceria biasanya, Bayu urung.. Bayu tau benar kesanggupannya menyatakan perasaan kepada perempuan terlebih lagi kepada sosok Arli, sangat terbatas. Jika saja pernyataan Bayu ditolak Arli, mungkin Bayu butuh waktu yang lama untuk mampu menyatakan hal serupa, entah itu kepada Arli kembali atau kepada perempuan lain.. Dan di dalam lubuk hati Bayu yang terdalam, bayu berharap Arli satu-satunya wanita yang akan menerima pernyataan sayangnya itu.. pernyataan yang diharapkan Bayu hanya akan diucapkannya sekali saja, dan hanya kepada Arli seorang... 

Merasa telah berdiam terlalu lama, akhirnya Bayu membuka pembicaraan.. Gimana Arli, mau balik ke Bandung? atau mau coba makan bakso atau siomay? Arli yang tak menyadari sempat terlena dengan alunan lagu kesukaannya tersentak dengan sapaan Bayu... namun tidak cukup lama untuk merespon. Mendengar kata "bakso" sudah kembali menceriakan wajah Arli, dengan menunjukkan ekspresi yang semangat, Arli beranjak dari tempat duduknya, mematikan radio di walkman nya, mengambil jaket sembari menjawab pertanyaan Bayu, "oke..udah siap berangkat.. yok cari bakso". 

Bayu yang melihat perubahan sikap Arli semakin bingung. Begitu cepat ekspresi perempuan ini berubah. Ah.. sayang sekali, jika saja aku punya kesempatan melihat keceriaan Arli seperti ini beberapa menit yang lalu, mungkin aku sudah menyatakan perasaanku kepadanya saat ini, batin Bayu. Meskipun sedikit kecewa gagal menyatakan perasaannya kepada Arli sore itu di Tangkuban Prahu, tidak menyurutkan rasa sayang Bayu pada Arli, bagi Bayu setiap menit setiap detik mengenal Arli sangat indah, meskipun saat itu dirinya belum berhasil menjadikan Arli kekasih hatinya.

Jumat, 6 Januari 2006 
Pagi ini Arli bermalas-malasan bangun pagi dan masih meringkuk di samping Inat sahabatnya. Dengan nada suara mengantuk dan sedikit bernada menyindir, Inat bertanya pada Arli, "Arli, tumben masih tiduran..ga mandi? emang ga ada janji jalan bareng Bayu hari ini?" Arli memandang Inat sambil tertawa kecil, "kenapa? kesel sama aku ya, main ke Bandung malah ngabisin waktu sama Bayu melulu hahaha..ya kan.. ya kan.. " Sedikit membangkitkan tubuhnya, Inat membalas tawa Arli, "eh, dasar ya.. mentang-mentang lagi pedekate, kosanku jadi tempat singgah buat tidur aja.. pergi pagi, pulang malam, pas diajak ngobrol taunya udah tidur aja..dasar. Ah tapi ga seru juga pedekatemu, masa udah sering pergi bareng, ga jadian juga.. (kembali dengan nada menyindir Inat berkata), jangan-jangan...Bayu ga naksir kamu... dia cuma seneng jadi temen kamu" diakhiri dengan tawa menyindir ala Inat. Dan mereka berdua tertawa terbahak-bahak.. Arli sempat berpikir.. iya juga ya, masa udah sedekat ini masih ga jelas juga hubunganku dengan Bayu, mana liburanku di Bandung tinggal sedikit, aku udah janji pulang ke Medan minggu depan. Ah, sudahlah.. memang sejak awal Bayu itu sulit ditebak, datar, tidak ekspresif.. Lebih baik tidak menduga-duga, sudah saatnya memberikan Bayu waktu untuk mengambil sikap, selebihnya..yaa.. lihat saja nanti, gumam Arli dalam hati.

Benar saja..  
sepanjang hari ini Bayu tidak menelepon Arli, jangankan untuk mengajak jalan, untuk sekedar menyapa saja pun tidak. Arli membiarkan saja.. menurut Arli Bayu kelelahan perjalanan kemarin, karena seminggu penuh Arli dan Bayu memang pergi berpetualang entah sudah kemana saja dan baru hari ini tidak bertemu. Namun di dalam hati, Arli berdoa..semoga perasaan Bayu padanya sama seperti perasaannya kepada Bayu. Inat mengajak Arli untuk membeli makan siang.. "Yuk ke bawah nyari makan", ajak Inat. Dengan tersenyum, Arli segera melangkah keluar kosan bersama Inat menuju warung kesukaan mereka dan memilih menu yang hampir sama dengan menu-menu sebelumnya, nasi, ayam masak kecap, so'un, dan sambal serta sayuran.  

Arli dan Inat memiliki ritual makan yang tidak pernah hilang. Sebelum makan, Inat akan mengambil dvd serial barat "FRIENDS" tanpa memilih episode yang hendak ditonton, karena Arli dan Inat sudah menonton semua episode serial Friends, hanya saja, makan terasa tidak lengkap tanpa ditemani serial Friends. Dan kenyataannya, meskipun sudah ditonton berulang kali, Arli dan Inat masih saja terbahak-bahak menontonnya atau kadang-kadang bergumam "Ooo..so sweet" ketika ada adegan haru yang manis. 

Demikianlah waktu dihabiskan Arli bersama Inat seharian penuh. Meskipun faktanya Arli tinggal sekamar dengan Inat selama hampir 2 minggu, mungkin baru hari ini Arli benar-benar menghabiskan waktunya bersama Inat, jadi... wajar saja jika Inat cukup rajin menyindir Arli jika ketiduran saat diajak Inat mengobrol, hahahaha, apalagi fakta lainnya, setiap Arli datang ke Bandung, entah itu menginap di kosan Inat atau Cimon, Arli hanya membawa satu ransel dipunggungnya, berisi dompet, carger hp, pakaian dalam dan sikat gigi, wkwkwkwk...Itulah Arli, selalu bermodalkan pakaian pinjaman dari Inat ataupun Cimon. 

Malampun datang, Arli dan Inat beristirahat hingga esok paginya, cahaya mentari kembali membangunkan kedua gadis pemalas itu. Bagi Arli, kosan Inat adalah surga bermalas-malasan, sedangkan kosan Cimon adalah tempat kursus kerapian, kedisiplinan dan kebersihan, hahahaha... kombinasi pertemanan yang menarik. Itulah alasannya mengapa Arli begitu menyayangi kedua sahabatnya itu, karena mereka sudah mengenal Arli dan menerima kebiasaan-kebiasaannya yang semraut.

Sabtu, 07 Januari 2006 
Selesai sarapan pagi, bosan menonton serial Friends, Arli masih saja mengecek hp nya berkali-kali, seolah-olah Arli sedang menunggu berita, tapi entah dari siapa, dan berita apa yang diharapkan Arli. Inat yang melihat kegelisahan sahabatnya itu segera memahami situasi. "Kenapa Arli? belum ada info dari Bayu? ga ada ajakan malam mingguan dari Bayu ya? padahal lagi pedekate ya.. harusnya ini momen bagus loh... hehehee" Inat mencoba membangkitkan selera humor Arli dengan memberi sedikit guyonan yang sebenarnya sedikit mengiris hati Arli yang memang sedang mengharapkan Bayu mengajaknya jalan malam ini. 

Dengan tersenyum Arli menjawab, "Iya Nat, kok ga diajakin ya.. ga salah kan kalau aku telfon dia? sah-sah ajakan.. justru aneh ga nanya kabar dia, sementara hampir 2 minggu kami barengan terus. benar ga nat?" ujar Arli terselubung pembenaran diri. Inat yang mengerti perasaan Arli menyetujui pendapat Arli dan memberi opsi untuk menelfon Bayu. Segera saja Arli menelfon Bayu, "Hai.. lagi dimana? tumben ga nelfon, mana ga ngajak jalan lagi. Kenapa? cape ya yang kemarin bawa motor ke tangkuban prahu? hari ini masih cape?". Diseberang sana Bayu menjawab, "Eh, hai Arli. Aku di rumah, dari kemarin emang ga kemana-mana. dibilang cape sih dikit aja. kalau sekarang pastinya udah ga lagi." Arlipun mencoba menimpali, "trus, kok hari ini ga ngajak aku jalan?"......

[to be continued..] 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar