Sabtu, 18 Januari 2014

LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-15]

Medan
28 Desember 2012
22.00 Wib

Arli asik mengobrol dengan adiknya dan sepupunya yang sudah berkumpul di rumah Arli, namun Ibu Arli menyuruh Arli untuk segera tidur dikamarnya karena besok adalah hari yang teramat istimewa untuk Arli yang akan menerima pemberkatan Pernikahan. Ibu Arli bercerita besok Arli akan banyak membutuhkan stamina, karena acara dimulai sejak pagi sampai malam tiba. Membayangkannya saja sudah membuat Arli lelah, tapi rasa bahagia Arli membuat mata Arli tak juga mengantuk. 

Arli mencoba mencari kesibukan agar matanya segera terpejam. Tiba-tiba terpikir olehnya untuk menuliskan kata sambutan untuk Bayu yang akan diucapkan Bayu didepan undangan nasional besok, dan dengan pasti Arli mulai menulis kata demi kata, singkat, namun penuh makna. Arlipun memasukkan kertas sambutan tersebut ke dalam tas tangan yang akan dipakainya besok, kemudian beranjak untuk tidur.

29 Desember 2013
Pukul 05.00 Wib, Arli bersama ibunya sudah berangkat ke salon "TIMUR", salah satu salon yang biasanya dipakai para pengantin batak untuk merias penampilannya. Meskipun pemilik salon adalah keturunan tionghoa, namun mereka paham betul bentuk riasan pengantin batak. Selain dirias, Arli juga dibantu memakai pakaian pengantinnya, kebaya berwarna putih gading dengan payet merah emas bertabur disekitar motif bunga kebaya, dengan bawahan berupa songket palembang berwarna merah terang. Kamisol yang ketat ditubuh Arli membuat Arli terlihat anggun saat itu, tidak seperti kebiasaan Arli duduk seenaknya, kali ini Kamisol yang melilitnya membuat Arli mau tak mau harus duduk tegak bak seorang putri. Pukul 07.30 Wib, mobil pengantin sewaan Arli mendatangi salon. Mobil itu sudah dihias dengan bunga di depan dan di keempat handle pintu. Arli bersama ibunya menaiki mobil pengantin yang mengantarkannya ke rumah Arli, karena tepat pukul 08.00 Wib nanti, akan diadakan acara menyambut keluarga Bayu yang datang menjemput Arli untuk pergi ke Gereja tempat pemberkatan pernikahan bersama-sama dan makan pagi bersama yang disebut acara "marsibuha-buhai". 

Mungkin karena tanggal pernikahan Bayu dan Arli yang sudah di penghujung tahun, jalanan pagi itu cukup sepi, bisa jadi warga kota Medan sudah banyak yang mudik ke kampung halamannya. Mobil pengantin yang dinaiki Arli melaju dengan cepat sehingga dapat tiba di rumah Arli dalam waktu 15 menit saja. 

08.00 Wib
Arli turun dari mobil pengantin, dan melihat keluarga Bayu sudah berkumpul di samping rumah Arli. Sudah menjadi tradisi batak, Keluarga mempelai pria akan masuk ke rumah sang wanita secara bersama-sama setelah tetua adat keluarga wanita mempersilahkan mereka masuk. Tiba-tiba Ari adik bungsu Bayu datang mendetaki Arli yang memegang bunga tangan. "ka, bunga tangannya Ari ambil ya, katanya nanti di rumah bang Bayu akan menyerahkannya langsung ke kakak" ujarnya yang memang sesuai dengan tradisi batak. Arlipun menyerahkan bunga tangannya kepada Ari. Sambil melangkah masuk ke rumah, Arli berusaha mencari-cari keberadaan Bayu, ingin rasanya Arli segera melihat calon suaminya itu. Tapi sia-sia, Bayu tidak terlihat sama sekali. 

Setelah keluarga Arli berbaris mulai dari pintu rumah sampai kedalam Rumah, tetua adat dengan suara khas pemimpin acara adat, mengundang keluarga Bayu masuk ke rumah. Terlihat Bayu berada di barisan paling depan diapit oleh ayah dan ibunya dan diikuti seluruh keluargaya yang hadir. Ditangan Bayu terlihat bungan tangan yang tadi telah diambil Ari dari Arli. Bagi Arli, pemandangan itu sungguh indah. Arli merasa kepalanya dipenuhi kisah-kisahnya dengan Bayu sejak pertama kali berkenalan di Kapal Kelud, sampai ketika Bayu melamar Arli di depan kedua orangtuanya.. tidak singkat, tetapi semua perjalanan itu telah sampai di titik ini. Bayu memang bukan laki-laki paling tampan disana, tapi entah kenapa, Arli melihat Bayu sangat gagah pagi itu dengan jas dan rompi hitamnya, serta dasi merah yang mereka pilih bersama menyesuaikan dengan warna songket yang dikenakan Arli. 

Kedua keluarga bertemu dan saling bersalaman dan acara adatpun dimulai. Bayu dan Arli bertemu di tengah-tengah ruang tamu dan dihadapan seluruh keluarga yang hadir disana, Arli memasangkan bunga kantong di kantong Jas Bayu, yang dibalas Bayu dengan menyerahkan bunga tangan untuk Arli. Kemudian Bayu dan Arli bersalaman diikuti dengan sebuah kecupan lembut yang mendarat di kening Arli. Beberapa muda-mudi yang hadir saat itu terlihat tersenyum dan malu-malu. Di dalam hati, Arli bergumam, "dulupun aku tersipu malu ketika melihat kakakku dicium calon suaminya di hadapan seluruh keluarga", kali ini aku yang membuat mereka tersipu malu", tidak menyangka, wajah Arli bersemu merah. Kemudian Bayu menggandeng tangan Arli dan membawanya kepada barisan keluarganya, seperti menggambarkan bahwa Arli telah dijemput dari keluarganya, dan Acara makan pagi segera dimulai. 

09.30 Wib
Saatnya telah tiba untuk berangkat ke Gereja HKBP Sudirman tempat pemberkatan pernikahan nanti. Bayu membukakan pintu mobil pengantin dan Arli beranjak masuk. Terlihat beberapa blitz kamera menyala-nyala ketika proses itu berlangsung yang memang sudah tradisi di album pernikahan batak terdapat adegan memasuki mobil pengantin secara bersama-sama, dan itu tidak hilang sampai sekarang.  Bayu dan Arli sama-sama duduk di kursi belakang, sedangkan Ari sudah duduk di kursi depan. Bayu memberi tugas pada Ari untuk menjadi pendampingnya selama pernikahan ini, sedangkan Arli memilih didampingi sepupunya Eli. 

Di dalam mobil, Arli menyerahkan kertas kata sambutan untuk Bayu, "Bay, ini jaga-jaga kalau gugup ngasih kata sambutan di acara nasional", namun Bayu yang memang sudah terlanjur gugup, hanya mengantongi kertas itu tanpa membacanya terlebih dahulu. Arli memaklumi itu..bagaimanapun hari ini adalah hari yang suci bagi mereka berdua, yang meraka harapan dapat berjalan lancar dan hikmad. Namun di tangan Bayu terdapat tertib acara ibadah pernikahan mereka yang memang lebih awal diberikan masing-masing 1 kopian untuk Bayu dan Arli oleh pendeta, agar Bayu dan Arli mengingat prosesi-prosesi yang akan mereka lakukan. Arli melihat Bayu sedang berusaha menghafalkan janji nikahnya yang tertera di dalam tertib acara itu. Bagi Bayu, menghafal bukan hal yang sulit. Tetapi kali ini berbeda. Ini bukan sekedar hafalan, tetapi sebuah janji yang akan diucapkan Bayu untuk Arli dihadapan Tuhan, dan seluruh jemaat yang hadir di gereja nantinya. Bayu ingin saat mengucapkannya, Bayu dapat melakukannya dengan lancar, tidak terbata-bata. Sebenarnya Arli tidak jauh berbeda dengan kondisi Bayu saat itu. Tetapi melihat kegugupan Bayu, Arli memilih bersikap lebih tenang, berharap sikapnya dapat menular kepada Bayu. 

10.15 Wib
Sebelum pernikahan dilaksanakan, Bayu dan Arli memasuki kantor gereja yang terletak di samping gereja untuk mengikuti acara catatan sipil dan menandatangani akta nikah. Kedua keluarga ikut mendampingi Bayu dan Arli sekaligus menjadi saksi dalam catatan sipil itu. Seusai menandatangani akta, tiba-tiba Bang Donni, abang tertua Bayu memasuki ruangan sambil memeluk ayah Bayu dan berkata, "Puji Tuhan, anakku telah lahir di Bandung, laki-laki. anakku dan Ibunya selamat dan sehat". Rasa haru begitu terasa diruangan itu.. Seorang anggota keluarga berkata, "sungguh luar biasa hari ini bagi keluarga mempelai pria, keluarga Sitanggang, di dalam hari yang sama, Tuhan izinkan 2 (dua) orang sekaligus masuk ke dalam keluarga mereka. 1 orang cucu dari anak pertama, dan 1 menantu yang menjadi istri dari anak kedua. Kita patut bersyukur". Kejadian membahagiakan itu membuat suasana menjadi lebih santai, karena seluruh hati keluarga sudah dipenuhi satu sukacita, dan Arli melihat Bayu jauh lebih tenang dan santai dari sebelumnya. Di dalam hati Arli berkata, "keponakanku itu akan selalu mengingatkanku untuk hari pernikahanku ini dengan Bayu. Mungkin ini cara Tuhan, agar keluarga ini lebih menyatu". 

11.00 WIb.
Terdengar alunan musik yang mengiringi suara lembut 3 orang biduan menyanyikan sebuah lagu rohani yang menghantarkan prosesi masuknya pendeta bersama kedua mempelai Bayu dan Arli diikuti keluarga Bayu dan Arli ke dalam Gereja dan menempati kursi masing-masing. Bayu dan Arli duduk di depan, tepat di depan altar yang sejajar dengan posisi berdirinya pendeta. Sepanjang kebaktian pernikahan itu, airmata bahagia Arli tak mampu dibendung Arli. Bahkan airmata bahagia itu mengalir lebih deras ketika Ibu pendeta yang memimpin ibadah pernikahan memberikan nasehat-nasehat pernikahan sesuai ajaran Kristen, "Tidak ada kehidupan yang sempurna di dunia ini, tetapi ketika kalian berjanji dihadapan Tuhan menjadi suami istri, saat itu kalian bukan diri kalian masing-masing, tetapi menjadi satu. Sakit suami adalah sakit istri, duka suami adalah duka istri, ketika suami salah, itu adalah kesalahan istri pula. Saling menopanglah satu sama lain. Jika satu terjatuh, yang satu berusaha membantu untuk bangkit kembali, maka kalian akan menjadi pasangan yang menyenangkan hati Tuhan dan menjadi teladan bagi keluarga". Arli begitu mengamini dan mengimani kata-kata nasehat ibu pendeta itu. Ia menyadari, meskipun sudah lama menjalin kasih dengan Bayu dan sudah sangat mengenal kebiasaannya, pasti kehidupan suami istri akan lebih rumit dari berpacaran. Ia berharap Ia akan menjadi istri yang mampu mendukung Bayu dalam memimpin rumah tangga mereka nanti. 

Tibalah saat yang menjadi sejarah bagi kehidupan Bayu dan Arli.
Mereka dipanggil untuk berdiri dan naik ke depan altar untuk mengucapkan janji nikah sebelum akhirnya akan diberkati oleh Ibu pendeta. "Sebelum saya memberkati kalian sebagai suami istri, pasangkanlah cincin dan ucapkanlah janji pernikahan di hadapan Tuhan dan jemaatnya.", Ibu pendeta mengambil kotak cincin yang di dalamnya terdapat sepasang cincin emas belah rotan sederhana yang dipilih Bayu dan Arli sebagai cincin pernikahan mereka. Sambil mengangkat cincin itu, ibu pendeta berkata, "cincin ini bulat, tidak terputus, sisi-sinya menyatu dan menjadi satu kesatuan yang utuh. cincin ini melambangkan cinta kasih suami istri dengan meneladani kasih Tuhan, dimana kasih itu menyatu, tidak ada ujungnya, dan tidak terputus. hendaklah kasih Tuhan itu yang terus menjadi teladan kasih dalam rumah tangga kalian. sematkanlah". Bayu mengambil 1 cincin itu, kemudian tidak terdengar suara apapun, suasana gereja heing, Bayu mengambil tangan kanan Arli, dan memandang tepat kearah kedua mata Arli. Sambil memasangkan cincin itu ke jari manis Arli, Bayu berucap, "aku Bayu di hadapan Tuhan akan menerima engkau Arli sebagai istriku, baik di dalam sakit dan sehat, di dalam suka dan duka.." suara Bayu terhenti, mungkin menahan rasa haru dihatinya, namun Arli menggenggam erat tangan Bayu seolah memberinya kekuatan untuk melanjutkan janji nikahnya, ".. di kala berkekurangan maupun di dalam berkelimpahan, hingga Kematian memisahkan kita,". Menyambut ucapan Bayu, Arli mengambil pasangan cincin itu dari tangan sang pendeta, mengambil tangan kanan Bayu dan memandang mata Bayu. Sambil memasangkan cincin itu ke jari manis Bayu dan suara yang terbata-bata disertai airmata yang terlihat mengalir, Arli berucap, "
aku Arli di hadapan Tuhan akan menerima engkau Bayu sebagai suamiku, baik di dalam sakit dan sehat, di dalam suka dan duka, di kala berkekurangan maupun di dalam berkelimpahan, hingga Kematian memisahkan kita,". Kemudian Bayu dan Arli kembali menghadap ke arah pendeta dan berlutut di tempat yang disediakan. Ibu pendeta segera meletakkan kedua tangannya, satu di atas kepala Arli dan satu di atas kepala Bayu sambil mengucapkan doa dan berkat pernikahan sebagaimana yang tertulis di dalam Alkitab. Bayu dan Arli mendengarkannya bahkan memateraikannya dilubuk hati terdalam mereka... 

Pemberkatan nikah telah selesai, Bayu dan Arli dipersilahkan sang pendeta untuk menjumpai kedua orangtua mereka untuk memintakan Restu. Pertama-tama, Bayu dan Arli mengambil bunga yang telah mereka sediakan, dan menemui ayah dan ibu Bayu yang ada di bangku terdepan sebelah kanan.. Bayu memeluk ayahnya memohon restu dan kemudian ibunya, terlihat airmata berlinang di mata ayah dan ibu bayu, airmata haru bercampur bahagia. Kemudian Arli mengikuti menyalam dan memeluk ayah Bayu yang hari ini telah menjadi ayah mertuanya kemudian menyerahkan bunga kepada ibu bayu sambil memeluknya. Saat itu ibu Bayu memeluk Arli begitu lama, dan airmata Arli kembali menetes.  

Kemudian Bayu dan Arli berjalan ke arah kursi Ayah dan Ibu Arli. Bayu segera memeluk dan menyalam Ayah Arli, dan saat itu Bayu berucap, "restu kami amang", panggilan Bayu terhadap ayah Arlipun telah berubah, Ayah Arli memeluk Bayu erat, dan airmatanya menetes. Ia tau, sehabis pernikahan ini, kembali satu anak perempuan yang dikasihinya akan dibawa pergi laki-laki yang menikahinya, dan akan menetap dikota lain. Merasakan akan berpisah membuat rasa sedih bercampur aduk dengan bahagia di hati ayah Arli, kemudian Bayu memeluk Ibu Arli disusul Arli sambil membawa bunga. Ketika memeluk Ibunya, terlihat Ibu Arli seperti susah melepaskan pelukannya dari Arli, kemudian ibu Arli menghapus airmata yang terlihat di pipi Arli sambil berkata, "berbahagialah nak, cerialah..inilah hari yang kudus untukmu, hari yang diberkati Tuhan. Jadi istri yang baik ya nak" ujarnya dengan suara terbata-bata.  Saat itu terlihat kakak-kakak dan adik Arli yang duduk dibelakang turut meneteskan airmata bahagia. 


13.00 WIb
Acara kebaktian pemberkatan nikah sudah selesai, dilanjutkan dengan acara jamuan makan dan acara adat di wisma tepat di sebelah gedung gereja. Acara adat diadakan di lantai bawah, sedangkan acara nasional di adakan di atas. Setelah menyambut tamu-tamu acara adat di bawah, Bayu dan Arli segera naik kelantai atas, dan dengan diiringi musik ,Bayu dan Arli berjalan perlahan menuju kursi pelaminan yang telah disediakan di depan. Tamu-tamu berdiri menyambut mereka. Acara jamuan makanpun dimulai. Setelah acara pemberkatan selesai, Bayu terlihat jauh lebih tenang dan santai. Seperti ada kelegaan dihatinya. Bagi Bayu, ia tidak terlalu memusingkan bagaimana acara pesta pernikahan ini akan berjalan, yang terpenting adalah ibadah pemberkatan pernikahan. Arli juga memiliki pendapat yang sama. Semua kegiatan buatan manusia tidak ada yang sempurna, pasti ada kekurangan. Bayu dan Arli tau, mungkin akan ada kekurangan di pesta nikah mereka ini, tapi itu tidak jadi persoalan, asal pemberkatan nikah dapat mereka jalani dengan suci dan hikmad, karena itulah inti suatu pernikahan. 

Protokol acara nasional memintakan Bayu dan Arli sebagai pasangan pengantin untuk memberikan kata sambutannya dihadapan para tamu. Arli tidak terlalu kuatir, karena sudah memberikan kisi-kisi sambutan yang dapat membantu Bayu. alangkah terkejutnya Arli ketika Bayu mengucapkan sambutannya tidak lebih dari 5 kalimat, "Terima kasih atas kehadiran Bapak dan Ibu di acara pernikahan kami, kami berharap bapak dan ibu turut merasakan sukacita kami dan mendoakan kami agar rumahtangga kami dapat berjalan baik dan langgeng selalu. Maaf jika ada kekurangan kami, sekian dan terima kasih". ya ampun... Ingin rasanya arli tertawa terbahak-bahak mengingat bagaimana Arli malam sebelumnya telah mempersiapkan konsep sambutan untuk Bayu dengang penuh kesungguhan. Ketika sudah duduk kembali ke pelaminan, arli bertanya pada Bayu, "kok sambutannya singkat?", Bayu menjawab, "aku ga nyangka disuruh nyampein sambutan, ga tau harus bilang apa..", Arli menyahut terkejut, "Lah, bukannya aku udah kasih tau ya, bahkan konsep sambutan kamu ada di kantong jas kamu tuh", Sambil menepuk kepalanya Bayu berujar, "astaga... jadi dikertas ini konsep sambutan ya? sorry, aku ga konsen tadi pas dimobil, aku cuma fokus ke acara pemberkatan nikah kita..maaf ya. aku tadi terlalu memikirkan soal janji nikah kita. Itupun aku masih terbat-bata tadi mengucapkannya." Dengan tersenyum, Arli menjawab, "Ga papa Bayu, janji nikahmu tadi terdengar sangat tulus. Aku tau kamu mengucapkannya dari hatimu.", selanjutnya mereka menjalani panjangnya pesta adat dengan penuh rasa sukacita..

[disambung ga ya?]

Jumat, 17 Januari 2014

LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-TIba.... [Episode-14]

[Episode Sebelumnya :entah kenapa, Arli merasa sedikit aneh. Arli membayangkan Bayu akan membawanya ke daerah kampus, dimana banyak rental komputer yang menyediakan jasa untuk nge-burn. Tapi nyatanya, Bayu membawa Arli ketempat yang Arli belum pernah jalanin bersama Bayu sebelumnya, hanya saja lokasinya melewati terminal lewi panjang. Hanya itu tempat yang Arli kenali. "Bay, kamu sebenarnya mau ngajak kemana sih? aneh.. masa udah perjalanan jauh ga nyampe-nyampe juga. Mana ini masuk gang pula. Kita mau kemana?". Dengan tenang sambil tersenyum Bayu menjawab, "kan katanya mau nge-burn CD, ini ya mau ke tempat nge-burn nya". Dan kali ini, untuk pertama kalinya Arli meragukan jawaban Bayu. Arli bergumam dalam hati, sebenarnya aku mau dibawa Bayu kemana??] 

Tiba-tiba Bayu menghentikan motornya tepat di depan sebuah Rumah bercat  warna bata dengan pagar besi setinggi 1,5 meter berwarna hijau. Arli bingung dan seperti tak ingin turun dari boncengan Bayu. Sedikit ragu, Arli mulai menapakkan kakinya ke tanah turun dari motor sambil bertanya, "sebenarnya kita mau kemana sih Bay? kok berhenti disini?" Dengan santai sambil membuka pager hijau di depannya Bayu hanya terseyum saja  dan mulai mendorong masuk motornya ke teras depan rumah tersebut. 

Arli tidak puas dengan sikap diam Bayu, "ini rumah siapa sih Bay?"  Melihat keraguan Arli, Bayupun menjawab, "kan katanya tadi mau nge-burn lagu-lagu koleksiku buat kamu, ya udah kuajak ke rumahku, ini rumahku Arli, aku udah kumpulin koleksi lagu-lagu bagus buat kamu di komputerku.. yok masuk". Bukannya lega, Arli menegang. Rasa kesel menyelimuti hatinya, "Bay, kamu itu keterlaluan, kenapa ga bilang mau ngajak ke rumahmu? siapa aja di rumahmu? mana aku pakai baju temen-temenku lagi..pakai sepatu kets, ahhh.. ga oke banget ini. ah kamu ga asik ah.." Arli protes dengan sedikit ngambek. Namun Bayu masih tersenyum dan berkata, "di rumah ada Bapak, Mama, Abang, dan Adikku Patar. Kalau si bungsu Ari ga ada di rumah, dia kuliah di Jakarta. Santaii aja Arli, aku udah cerita ke mereka mau bawa kamu ke rumah. Yuk masuk, pasti kita udah ditunggu".  Arli masih ingin bertanya, "trus aku harus panggil apa ke Bapak dan Mamamu?". Belum selesai bertanya, pintu rumah sudah dibuka oleh adik Bayu, Patar.  Arli menyodorkan tangannya untuk bersalaman dan menyebutkan namanya, "Shanty Sagala, temennya Bayu" ujarnya singkat sembari melangkah masuk ke dalam rumah. 

Dengan mulai tersenyum, Arli menyapa kedua orang tua Bayu, "selamat sore Pak, Bu...saya Shanty Sagala, temannya Bayu", sambil menyodorkan tangan kanannya bersalaman dengan mereka. Orangtua Bayu menyambut Arli dengan hangat, terlihat senyuman terlukis di wajah mereka. Arli melihat perubahan sikap Bayu di rumah. Bayu sangat santai, tidak malu-malu, dia langsung mengambil duduk di sisi Arli, sambil mengambil sebotol cocacola dan 2 gelas kemudian meletakkannya di meja, 1 untuk Bayu, 1 dituangkan untuk Arli. Masih dengan santai, sambil menepuk kaki Arli, Bayu berkata kepada orangtuanya, "Pak, Ma, ini boru sagala yang aku ceritakan. kebetulan dia lagi liburan ke Bandung ke tempat temennya di Ciumbeuleuit, jadi aku ajak ke rumah, katanya bapak mama mau kenalan kan..". 

Ayah Bayu tersenyum dan berkata, "iya, Bayu ini kan pembawaannya pendiam, memang begitu mereka semua pembawaannya, tapi kemarin dia cerita udah punya pacar. Tapi kami kaget waktu Bayu cerita pacarnya asal Medan yang lagi kuliah di Jakarta di UI. Rasanya agak ga percaya, Bayu jarang bergaul dengan perempuan, kok bisa dapat pacar jauh. Begitu.. tapi akhirnya Bayu cerita, katanya ketemu sama boru sagala di Kapal. Yah..seperti kata pepatah, asam di gunung garam di laut, ketemunya dipenggorengan hahaha... lucu pertemuan kalian memang". Cerita Ayah Bayu sambil tertawa. Kemudian Ibu Bayu menyahut, "Arli ga usah panggil Bapak dan Ibu kekita, ga apa-apa panggil namboru dan amangboru. Namanya sudah pacaran, semoga saja jodoh" ujarnya seperti memberi lampu hijau untuk hubungan Bayu dan Arli. Arli bahagia sekali bertemu keluarga Bayu. Dia tidak menyangka keluarga ini hangat sekali, dibalik sikap Bayu yang pemalu dan jarang bicara, di rumah ternyata Bayu sangat santai dan banyak berbincang-bincang. Begitulah perkenalan Arli dengan keluarga Bayu, sampai akhirnya Arli tidak segan lagi bertemu dengan keluarga Bayu.  

 Waktu terus berjalan. Arli dan Bayu telah berpacaran selama 6 (enam) tahun. Suka duka dan berbagai tantangan telah mereka hadapi bersama. Meskipun kata putus acap kali terlontar dari bibir Arli, namun Bayu dan Arli tidak pernah putus hubungan sama sekali. Ada kalanya Bayu balik marah kepada Arli untuk sikap Arli yang tidak dapat diterima Bayu, namun lagi-lagi Bayu dan Arli tetap berhasil mempertahankan hubungan mereka. Bahkan Jarak yang tidak pernah memihak mreka selama 6 tahun akibat lokasi kerja yang tidak berdekatan, Bayu di Palembang dan Arli di Medan, tidak menjadi persoalan. Pertemuan yang hanya sesekali itu tidak merusak rasa saling percaya diantara mereka. 

Bandung
Januari 2012
Akhir bulan Januari ini abang Bayu, akan melangsungkan pernikahan di Bandung. Keluarga Bayu mengundang Arli untuk menghadiri pernikahan tersebut, dan Arlipun menyanggupinya. Di pesta pernikahan itu Arli mulai sedikit demi sedikit membuka diri dengan keluarga besar Bayu, berkenalan, menyapa, dan belajar "martarombo"atau belajar aturan cara menyapa dalam lingkungan adat istiadat Batak. Pestapun usai, tapi Arli tidak segera pulang ke Medan. Arli masih menghabiskan waktu bersama Bayu. Suatu siang Bayu menjemput Arli ke Pop Hotel Bandung tempat Arli menginap selama di Bandung.Bayu mengajak Arli makan siang dirumah, alasannya di rumah sedang banyak makanan, dan Arli menyetujuinya. 

Alangkah terkejutnya Arli ketika acara makan siang selesai, dihadapan Orangtua Bayu, Abang dan kakak ipar Bayu, adik-adik Bayu, Bayu membuka pembicaraan yang serius. Sambil duduk disebelah Arli, Bayu menatap wajah Arli dan berkata, "Arli, bahagia sekali Abang sudah menikah kemarin, terima kasih udah mau datang ke Bandung. Sebenarnya aku mengajak kamu ke rumah siang ini, karena aku mau bicara serius dengan kamu. Kita sudah berpacaran 6 tahun lebih, kitapun sudah sama-sama bekerja. Aku sudah menikmati hidupku yang saat ini, hanya saja, rasanya akan lebih indah jika aku memiliki seseorang disisiku mendampingiku menjalani semuanya. Aku ingin segera mengakhiri kesendiriananku dan menikah. Arli...maukah kamu menjadi istriku?" 

Rasanya saat itu hati Arli bercampur aduk, antara terharus, gembira, dan sekaligus kesal. Arli terharu dengan kata-kata indah Bayu, gembira karena akhirnya masa pacaran panjang mereka akan berakhir ke pelaminan, tetapi Arli juga kesal, mengapa Bayu mengatakan itu pertama kali dihadapan keluarga Bayu, ini membuat Arli membatasi ekspresinya. Ingin rasanya Arli meneteskan air mata bahagia dan haru, tapi Arli malu dihadapan keluarga Bayu, bahkan Arli ingin memeluk Bayu sambil berkata, "Ya, aku bersedia menikah denganmu dan menjadi istrimu selamanya", tetapi tentu tidak bijak kalau berlaku demikian saat itu. Akhirnya Arli hanya bisa menunduk dengan wajah bersemu merah sambil berucap diplomatis, "tentu saja kamu tau bagaimana perasaanku kepadamu selama ini, dan kamu sudah dapat memperkirakan jawaban apa yang aku berikan kepadamu." Dengan sedikit tersenyum dan nada bercanda, Arli melanjutkan kata-katanya, "tapi sekarang aku kalah posisi... satu berbanding sekeluarga", dan yang lainnya tertawa sebentar dan menunggu lanjutan jawaban Arli. "Jawaban pastinya kuberikan waktu kamu datang ke rumah orangtuaku ke Medan dan melamarku dihadapan mereka" Ujar Arli menantang Bayu sambil tersenyum manis. Seluruh anggota keluarga tertawa dengan jawaban Arli dan Ayah Bayu menimpali, "itulah parumaen (Ayah Bayu sudah menganggap Arli seperti menantu meskipun Bayu dan Arli belum menikah), maksud Amangboru dan Namboru, April ini kami datang ke Medan marhori-hori dinding (lamaran antar keluarga) dengan keluarga di Medan. Tapi kalau parumaen sudah menjawab seperti itu, Bayu pasti percaya diri melamar ke Medan..hahaha". Begitulah hari itu berjalan begitu indahnya, Kadang-kadang Bayu dan Arli masih berpikir, ternyata 6 tahun itu sangat-sangat singkat sekali.. rasanya tidak percaya bahwa mereka akan segera menikah. 

 Medan
April 2012
 Bayu bersama  orangtuanya dan adik ayahnya yang tinggal di Medan datang berkunjung ke Rumah Arli. Pertemuan itu didahului acara perkenalan dan makan siang bersama dilanjutkan santai sejenak menikmati makanan ringan di teras rumah Arli sambil  merasakan tiupan angin sepoi-sepoi sore itu. Kemudian acara marhori-hori dinding dimulai. Orangtua Bayu diwakili Adik ayah Bayu membuka pembicaraan menjelaskan tujuan kedatangan keluarga Bayu ke rumah saat itu. Ayah Arli menyambut dengan tersenyum. Namun sangat tidak disangka, sebelum memulai pembicaraan pernikahan itu, Ayah Arli meminta Bayu mengucapkan keinginannya menikahi Arli dihadapan kedua keluarga dan menjelaskan mengapa memutuskan menikah. Hal itu jarang dimintakan keluarga Batak, biasanya langsung ke pembicaraan adat istiadat. Arli kuatir Bayu akan salah tingkah dengan permintaan ayah Arli tersebut. Lagi-lagi Bayu berhasil membuat Arli terharu ketika Bayu berkata-kata dengan lancar, percaya diri dan nada yang tulus meminta restu kedua orangtua Arli agar mengizinkan Arli menikahinya, "Tulang Nantulang, saya sangat mengasihi dan mencintai Arli. Saya sudah berpacaran lama dengan nya, bagi saya sejak dulu sampai sekarang, saya tidak pernah ragu, dialah yang akan mendampingi hidup saya, menjadi  istri saya. Untuk itu, berikanlah  restu tulang dan Nantulang untuk saya menikahi Arli. Saya berjanji, saya akan berusaha menjadi suami yang baik untuk Arli dan menjadi ayah yang baik untuk anak-anak kami nantinya. " 

Terlihat kaum ibu diruangan itu mengusap mata mereka yang basah mendengar pernyataan Bayu tersebut, apalgi ketika mengucapkan kata-kata itu, Bayu menggenggam jemari Arli seperti meminta kekuatan dan percaya diri mengucapkannya.  

Mendengar ucapan Bayu itu, keluarga Bayu kembali meminta Arli untuk mengungkapkan perasaannya terhadap ucapan Bayu tersebut. Melihat bagaimana Bayu percaya diri tadi, Arlipun seperti memiliki kekuatan mengutarakan isi hatinya dihadapan kedua keluarga tersebut yang bagi Arli saat itu iapun sedang mengutarakannya di hadapan Tuhan. 

Acara sore itu dilanjutkan dengan tawar menawar besarnya tuhor (mas kawin) yang akan diberikan keluarga Bayu kepada keluarga Arli. dan dikesempatan itu, keluarga Bayu meminta izin agar pelaksana pesta adalah keluarga Arli sehingga pesta pernikahan di adakan di kota Medan saja, dengan pertimbangan biaya pesta di Medan lebih murah dari pada di Bandung dan keluarga Bayu juga masih banyak di kota Medan. Tentu itu menjadi pertimbangan yang matang di hati Bayu. Bagaimanapun juga, sejak awal dia sudah berniat ingin membiayai sendiri pernikahannya. Bayu berharap pernikahannya tidak memberatkan keluarganya. Itu harapan Bayu. Arli sangat mengerti kondisi itu.. namun proses tawar menawar dengan bahasa adat-istiadat tetap berlangsung.

[to be continued..]

LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba.... [Episode-13]


[Episode sebelumnya: Bayu menarik nafas panjang, menggenggam tangan Arli semakin erat, dan kemudian berkata, "Arli, kamu mau ga jadi pacarku?". Tak disangka, beberapa menit berselang, Arli tak bergumam sedikitpun.. dia hanya memandang lurus ke depan tanpa ekspresi, begitu biasa-biasa saja. Di dalam hati Bayu bertanya, "Apakah ini tanda penolakan?" jantungnya berdetak kencang, telapak tangan Bayupun bertambah dingin... Sebenarnya, ada apa dengan Arli??]


Di dalam hati Bayu bertanya, "Apakah ini tanda penolakan?" jantungnya berdetak kencang, telapak tangan Bayupun bertambah dingin. 
Arli mengakhiri sikap diamnya, tetapi sungguh aneh, bukannya menjawab pertanyaan Bayu tadi, Arli malah membahas hal yang sama sekali tidak begitu penting untuk dibahas disaat-saat seperti ini, bertingkah seolah-olah Bayu sedang tidak "menembak"nya. "Tangan kamu dingin banget Bayu, berasa seperti es".. titik.. itu saja, tidak ada sedikitpun komentar dari Arli soal pernyataan Bayu. sedikit meringis Bayu berkata, "makanya...buruan jawab pertanyaanku, jantungku udah mau copot, butuh tenaga untuk mengungkapkan perasaanku kepada kamu Arli, tanganku ga bakal sedingin ini, kalau kamu menjawab pertanyaanku sekarang", ujar Bayu seperti sudah tak mampu membendung perasaannya yang sejak lama ia pendam itu. 
Arli masih terlihat biasa saja tanpa ekspresi.. Ia diam, hanya menatap ke depan.. tangan bayu semakin dingin, lebih dingin dari sebelumnya. beberapa menit kemudian Arli memeluk lengan kanan Bayu yang sedang menggenggam telapak tangan kirinya dan menyandarkan kepalanya tepat di atas Bahu kanan Bayu sambil berkata, "kalau begini...apa masih perlu aku jawab?"
Betapa girangnya Bayu.. dengan segera dia menjawab, "ga..ga usah dijawab, sudah terjawab kok". Beberapa menit berlalu, suasana sudah lebih rilex, Bayu bertanya, "kenapa lama sekali untuk menjawab pertanyaanku tadi, mau menyiksaku berlama-lama?". Dengan santai Arli menjawab, "udah berasa sekarang ya ga enaknya menunggu lama? dari mana aja kamu baru ngomong sekarang??" keduanyapun tersenyum bahagia dan kemudian tertawa bersama.. 
Tidak disangka Bayu menekan ujung hidung Arli sambil berkata, "aku ini ga lemot-lemot amat sampai ga ngerti perasaan kamu ke aku, tapi aku menunggu waktu yang pas untuk menyatakan perasaanku kepada kamu. Aku ga rela harus nembak kamu dengan sms atau telfon, aku harus melihat wajah kamu waktu nembak kamu, supaya aku yakin. Pas baca sms kamu yang 5 halaman itu, seneng banget rasanya, pengen segera nembak kamu saat itu juga, tapi tetep ga rela kalau ga ketemu kamu langsung". Mendengar pernyataan Bayu itu, Arli tersipu-sipu, rasa penasaran Arli terjawab sudah..bagi Arli, mungkin tindakannya yang lebih dulu memberi pernyataan pada Bayu tentang perasaannya adalah suatu keagresifan yang masing jarang dilakukan perempuan, tetapi untuk Arli pribadi, hal itu sebanding dengan apa yang dirasakannya saat ini...

Hujanpun mulai mereda, Bayu mengajak Arli untuk pulang, mengingat haripun semakin malam... sebelumnya Arli meminta Bayu memberhentikan motornya di depan salah satu mini market untuk membeli 2 botol air mineral ukuran masing-masing 1,5 liter, untuk stok minuman di kosan sesuai permintaan Inat sahabat Arli. 

Setibanya di depan gang kosan Inat, Arli berpamitan dengan Bayu. Kali ini Bayu sedikit berani sekedar menggenggam jemari Arli sembari mengucapkan selamat malam dan pamit untuk pulang ke rumah. Arlipun menyambut dengan tersenyum malu.. Malam ini menjadi malam yang begitu indah bagi Arli dan Bayu, terutama bagi Bayu yang untuk pertama kalinya berpacaran, dan ia berbahagia untuk itu. Setidaknya sekarang dia sudah terbebas dengan status "jomblo perak" sebutan teman-teman Bayu bagi setiap orang yang belum pernah berpacaran sampai usia 25 tahun, karena Bayu sudah memiliki Arli di hatinya. 


Arli pulang sekitar pukul 22.00 Wib ke kosan Inat dengan rambut dan jaket sedikit basah, seperti kebiasaan Inat, malam inipun Inat kembali menanyakan sebuah pertanyaan, “udah ditembak belum?”. Sambil mengulurkan 2 litter air mineral merk Aqua pada Inat, Arli menjawab, “udah.. tadi udah jadian”. Inat shock dan langsung menarik Arli untuk duduk disampingnya, “hah? Beneran?? Gimana critanya… ayo dong…critain…” desak inat penasaran. Arlipun mulai menceritakan kisahnya malam itu kepada Inat. Dengan antusias yang tinggi, Inat mendengarkan dan sesekali tertawa.

Begitulah hari-hari berjalan...
tidak terasa, waktu telah berjalan hampir sebulan lebih lamanya. Arli telah pulang dari Medan dan memulai perkuliahan di semester IV, dalam kurun waktu itu, Arli dan Bayu mempertahankan hubungan Long Distance Relationship (LDR) nya dengan komunikasi baik dengan telfon, sms, atau chatting menggunakan Yahoo Messenger. 

14 Februari 2006
2 hari telah berlalu dari hari Valentine, yang biasanya dirayakan pasangan dengan menghabiskan waktu bersama. Tapi tidak dengan Arli dan Bayu. Arli tidak memaksakan kedatangan Bayu ke Depok, Arli mengerti status mahasiswa akan menyulitkan baik untuk mengatur waktu, ataupun soal ketersediaan uang untuk ongkos. Meskipun ini menjadi Valentine pertama mereka setelah jadian, tapi tidak menjadi masalah bagi Arli.
 

Siang itu Arli sibuk di kampus dengan seabrek tugasnya, dengan sedikit lelah, Arli menaiki tangga auditorium dan duduk selonjoran dengan santai di selasarnya, seperti kebiasaan mahasiswa lain. Sambil duduk santai, Arli membaca buku yang baru dipinjamnya dari perpustakaan pagi tadi. Tiba-tiba hp Arli berdering, "hah? dari Bayu". Segera saja Arli mengangkat telfon dan menjawab, "halo Bayu, ada apa nih siang-siang nelfon?", Bayu segera menjawab, "Arli, aku on the way ke tempat kamu, udah deket nih. Tadinya mau ngasih kejutan ga bilang mau dateng, tapi takut juga kamunya ada urusan, jadi aku telfon.. ga nyangka perjalanan Bandung Depok itu lama ya, aku sudah 5 jam di bus. Ini bus ekonomi sih, jadi banyak berhentinya hahahaha.. kamu lagi dimana? aku temui kamu baiknya dimana?" 

Arli begitu gembira mendengar Bayu datang menjumpainya, "wahhh.. surprise banget.. cape ya? thank you udah dateng jauh-jauh. Ketemuan di depan kober aja gimana? aku dikampus soalnya. Ntar kita langsung makan siang bareng. Kamu udah laparkan? mau ya..". Bayu tertawa, "hahaha iya, udah laper. oke, mungkin 15 menit lagi aku nyampe. Sampai ketemu Arli." 

KOBER
Arli menyambut Bayu dengan senyuman. Masih sedikit gugup, Bayu mulai menggenggam jemari Arli menyusuri jalanan Kober sampai menemukan angkutan kota menuju warung steak and shake terdekat untuk makan siang. Saat itu Bayu dan Arli tidak menyadari bahwa Ruth sahabat Arli sempat melihat mereka berjalan berpegangan tangan menuju WSS dari dalam angkot yang ditumpangi Ruth menuju kampus. Tiba-tiba hp Arli terdengar bunyi sms tutut.. "pengirim Ruth: Hei, pegang terus tangan si abang..uhhh aku juga mau kaya gitu, seperti dijaga sama si abang ya". Arli tersipu malu dan berusaha bersikap sewajarnya saja, karna saat itupun Arli masih gerogi berpegangan tangan dengan Bayu. Meskipun Bayu bukan pacar pertama Arli, tapi baru kali ini Arli mengizinkan laki-laki menggenggam tangannya. Entah kenapa, Arli percaya betul dengan Bayu.

Hari ini Arli bahagia sekali menghabiskan waktunya bersama Bayu, seperti Valentine yang tertunda. Arli bingung hendak mengajak Bayu kemana, karena Bayu hanya memiliki sedikit waktu di Depok, dia memilih tidak menginap, katanya harus pulang malam ini juga ke Bandung. Arli bingung mengapa Bayu memaksakan pulang. tapi bagaimanapun juga Arli sudah cukup senang dikunjungi Bayu seharian ini. Untuk bersantai menunggu malam tiba, Arli mengajak Bayu ke tepi danau UI disebelah balairung UI, Arli memilih disana karena lokasinya tidak begitu jauh dari jalan raya dimana Bayu nanti menunggu angkutan menuju terminal Pasar Rebo, selain itu, tepi danau ini nyaman dan sejuk, dan pastinya tidak mengeluarkan uang, hahaha...  Di sana Bayu dan Arli ngobrol tentang apa saja, dan sesekali terlihat tertawa bersama. tidak terasa waktu untuk pulangpun tiba. 

Disisi lain
Lab komputer dan Sekretariat MTM ITB
Terlihat beberapa mahasiswa hilir mudik dengan kesibukannya masing-masing. "Eh, liat Bayu ga? kok dari tadi ga keliatan dikampus ya? di Labkom ga ada, di sekret MTM ga ada", tanya seorang mahasiswa kepada temannya yang sedang duduk santai di depan sekret MTM, "ga tau, tadi juga ada yang nyariin Bayu, tapi sampai sekarang ga muncul-muncul juga, tumben-tumbenan tu orang ngilang tanpa kabar.". Tiba-tiba muncul seorang mahasiswa lagi memasuki sekret MTM sambil menyela, "oh, tadi aku juga nyariin dia, udah kutelfon, katanya dia lagi service motor, jadi dia ga ke kampus hari ini. Tumben sih Bayu sebegitu nyervisnya sampai ga ngampus. tapi pas sms lagi, dia ga bales."

Keesokan harinya
Sekretariat MTM ITB
Bayu memasuki sekretariat dan meletakkan tasnya sembari duduk bersandar ke dinding. Beberapa temannya turut memasuki ruangan sambil saling melempar sindiran. "Kemana aja Bay? Service motornya kemarin seharian? ga kelihatan hasilnya?" dan disahut teman lainnya, "Eh..jangan salah.. ini service bukan sembarang service, ga bakal ada service beginian di Bandung... adanya cuma di Depok wkwkwkw" dan mereka tertawa terpingkal-pingkal. Bayu hanya terdiam pasrah jadi bulan-bulanan sindiran teman-temannya. Itulah resikonya kurang hati-hati menyimpan hal-hal urusan pribadi, begini jadinya. Bayupun ikut tersenyum menyemarakkan tawa canda teman-temannya. Entah siapapun yang menyebabkan terbongkarnya kunjungan Bayu ke Depok, tapi yang pasti, hari-hari Bayu akan dipenuhi candaan seputar depok dengan istilah service motornya. huffft... Bayu menghela nafas panjang sambil tersenyum. 

Berbulan-bulan sudah dilalui sejak Arli jadian dengan Bayu, tidak terasa setahun lebih waktu sudah berjalan. Sudah beberapa kali pula Bayu dan Arli saling berkunjung walaupun intensitas kunjungan Arli lebih banyak ke Bandung, karena dirasa lebih efektif dan efisien. Jika Bayu yang ke Depok, Bayu tidak menginap, tapi jika Arli yang Ke Bandung, dia akan menginap di kosan Inat ataupun Cimon sehingga waktu ketemuan Bayu dan Arli lebih lama. Sekian lama pacaran, sebenarnya orangtua Bayu baru saja mengetahui bahwa Bayu sudah pacaran, itupun dikarenakan sepupu Bayu yang sempat melihat Bayu menggandeng tangan Arli memasuki salah satu gereja di bandung untuk mengikuti ibadah kebaktian Minggu, menceritakan kejadian tersebut kepada Ibu Bayu. Singkat cerita, Kisah Kapal Keludpun dipaparkan Bayu kepada orangtuanya. Meskipun sedikit terkejut mengetahui anaknya yang pendiam justru mendapatkan kekasih perantau anak Medan yang kuliah di Jakarta, namun orangtua Bayu senang, karena dari cerita Bayu, orangtuanya yakin Bayu tidak salah memilih pasangan, dan serius menjalaninya.

Dan kali ini, giliran Arli yang mengunjungi Bayu di Bandung
Seperti biasa, Arli menginap di kamar Inat dan bermalas-malasan disana, selain berpacaran dengan Bayu. Kali ini Bayu mengajak Arli ke Lab komputer kampusnya, katanya Bayu bertugas hari itu. Arli menyetujuinya. Iseng Arli bergumam, "udah setahun lebih pacaran, kok aku ga kenal satupun temen kamu? jangan-jangan... kamu ga punya temen yaa???hayoo.." canda Arli. Sambil tersenyum Bayu menjawab, "kenal sama temenku itu beresiko. Kamu harus siap diisengin dan disindir mulu sama mereka. Mau?" Arlipun menjawab, "Yah, kalau gitu ga usah dikenalin ke semuanya dong, dicicil gitu, kenal satu temenmu dulu.. yang lain entar aja." Bayu sedikit berpikir dan melanjutkan, "oh ya udah, aku coba hubungi temanku yang juga bertugas sekarang denganku di Lab, namanya Altur", Bayupun mengetik sms kepada Altur. Tidak berapa lama ada balasan dari Altur yang mengatakan dia ada di Lab komputer. "Alturnya udah di Lab kok, ntar ku kenalin sama dia, aku udah bilang ga usah bilang siapa-siapa, supaya ga berisik anak-anak ntar" ujar Bayu sambil tersenyum dan segera berboncengan dengan Arli menuju Lab Komputer. 

Dan, 
Alangkah terkejutnya Bayu terlebih-lebih Arli ketika melihat ruang Lab Kom tidak hanya terdapat Altur seorang, tetapi ditambah temen-temen Bayu lainnya. Bayu sedikit bertanya, "Loh kok?" dan teman-teman Bayupun tertawa sambil berdehem usil, "ehm..bawa siapa itu. Kenalin dong Bay.. oh.. urusan service motor waktu di depok ya?" sindir seorang dari mereka disambut derai tawa keseluruhannya. dengan tenang Altur berkata, "aku ga bilang apa-apa soal kedatangan Arli kesini, aku cuma forward sms kamu Bay ke mereka-mreka ini" dan kembali derai tawa terdengar membahana diruangan itu. Meskipun banyak salah tingkah dan sedikit gerogi dengan keusilan teman-teman Bayu, tapi Arli cukup senang dengan kedekatan teman-teman Bayu.. Ia merasa nyaman berada disana. Sedikit banyak Arli menjadi semakin mengerti, mengapa Bayu susah sekali mengerti isi pikiran Arli sebagai perempuan, bagaimana tidak! di Rumah Bayu, hanya ibu Bayu saja perempuan disana, sementara dikampus, seperti yang Arli lihat saat ini, hanya dirinya seorang, perempuan dilabkom ini, Bayu sepertinya minim pengalaman bergaul dengan perempuan.

Begitulah hari berlalu bersama Bayu di Bandung. Namun kegiatan Arli dan Bayu tidak lagi sebatas mengunjungi objek wisata, tapi Bayu sudah mulai sharing tempat-tempat dimana Bayu biasanya menghabiskan kesehariannya bahkan mulai sedikit demi sedikit mengenalkan Arli dengan orang-orang terdekatnya.

Disuatu sore kala itu.
tepat dilapangan di depan gedung sate, Arli sedang duduk santai menikmati minuman dingin di tangannya bersama Bayu, "Bayu, aku suka lagu-lagu yang kamu puterin waktu kita di labkom. Koleksi lagu kamu banyak? burn dalam satu CD dong, ntar aku tinggal stel di komputer di kamar. Kalau download kebanyakan." Bayu melihat peluang untuk sebuah rencana yang ada dibenaknya. "Oke, besok kita burn ya lagu-lagunya", jawab Bayu sambil tersenyum, sementara Arli tidak mengerti ada rencana lain di hati Bayu saat itu.

Keesokan harinya.
Dengan memakai jeans Inat dengan motif garis vertikal berwarna coklat, dengan kaos dan jaket milik Cimon serta kaos kaki dan sepatu kets milik Cimon, Arli duduk di boncengan motor Bayu. Sementara motor melaju, Arli bertanya, "kita mau kemana sore ini? udah punya rencana belum?" sambil tetap berkonsentrasi melihat ke arah jalanan Bayu menjawab, "kan kita mau nge-burn lagu-lagu ke CD. ya kan?". Arlipun berhenti bertanya. Namun entah kenapa, Arli merasa sedikit aneh. Arli membayangkan Bayu akan membawanya ke daerah kampus, dimana banyak rental komputer yang menyediakan jasa untuk nge-burn. Tapi nyatanya, Bayu membawa Arli ketempat yang Arli belum pernah jalanin bersama Bayu sebelumnya, hanya saja lokasinya melewati terminal lewi panjang. Hanya itu tempat yang Arli kenali. "Bay, kamu sebenarnya mau ngajak kemana sih? aneh.. masa udah perjalanan jauh ga nyampe-nyampe juga. Mana ini masuk gang pula. Kita mau kemana?". Dengan tenang sambil tersenyum Bayu menjawab, "kan katanya mau nge-burn CD, ini ya mau ke tempat nge-burn nya". Dan kali ini, untuk pertama kalinya Arli meragukan jawaban Bayu. Arli bergumam dalam hati, sebenarnya aku mau dibawa Bayu kemana??

[to be continued..]