Jumat, 17 Januari 2014

LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-TIba.... [Episode-14]

[Episode Sebelumnya :entah kenapa, Arli merasa sedikit aneh. Arli membayangkan Bayu akan membawanya ke daerah kampus, dimana banyak rental komputer yang menyediakan jasa untuk nge-burn. Tapi nyatanya, Bayu membawa Arli ketempat yang Arli belum pernah jalanin bersama Bayu sebelumnya, hanya saja lokasinya melewati terminal lewi panjang. Hanya itu tempat yang Arli kenali. "Bay, kamu sebenarnya mau ngajak kemana sih? aneh.. masa udah perjalanan jauh ga nyampe-nyampe juga. Mana ini masuk gang pula. Kita mau kemana?". Dengan tenang sambil tersenyum Bayu menjawab, "kan katanya mau nge-burn CD, ini ya mau ke tempat nge-burn nya". Dan kali ini, untuk pertama kalinya Arli meragukan jawaban Bayu. Arli bergumam dalam hati, sebenarnya aku mau dibawa Bayu kemana??] 

Tiba-tiba Bayu menghentikan motornya tepat di depan sebuah Rumah bercat  warna bata dengan pagar besi setinggi 1,5 meter berwarna hijau. Arli bingung dan seperti tak ingin turun dari boncengan Bayu. Sedikit ragu, Arli mulai menapakkan kakinya ke tanah turun dari motor sambil bertanya, "sebenarnya kita mau kemana sih Bay? kok berhenti disini?" Dengan santai sambil membuka pager hijau di depannya Bayu hanya terseyum saja  dan mulai mendorong masuk motornya ke teras depan rumah tersebut. 

Arli tidak puas dengan sikap diam Bayu, "ini rumah siapa sih Bay?"  Melihat keraguan Arli, Bayupun menjawab, "kan katanya tadi mau nge-burn lagu-lagu koleksiku buat kamu, ya udah kuajak ke rumahku, ini rumahku Arli, aku udah kumpulin koleksi lagu-lagu bagus buat kamu di komputerku.. yok masuk". Bukannya lega, Arli menegang. Rasa kesel menyelimuti hatinya, "Bay, kamu itu keterlaluan, kenapa ga bilang mau ngajak ke rumahmu? siapa aja di rumahmu? mana aku pakai baju temen-temenku lagi..pakai sepatu kets, ahhh.. ga oke banget ini. ah kamu ga asik ah.." Arli protes dengan sedikit ngambek. Namun Bayu masih tersenyum dan berkata, "di rumah ada Bapak, Mama, Abang, dan Adikku Patar. Kalau si bungsu Ari ga ada di rumah, dia kuliah di Jakarta. Santaii aja Arli, aku udah cerita ke mereka mau bawa kamu ke rumah. Yuk masuk, pasti kita udah ditunggu".  Arli masih ingin bertanya, "trus aku harus panggil apa ke Bapak dan Mamamu?". Belum selesai bertanya, pintu rumah sudah dibuka oleh adik Bayu, Patar.  Arli menyodorkan tangannya untuk bersalaman dan menyebutkan namanya, "Shanty Sagala, temennya Bayu" ujarnya singkat sembari melangkah masuk ke dalam rumah. 

Dengan mulai tersenyum, Arli menyapa kedua orang tua Bayu, "selamat sore Pak, Bu...saya Shanty Sagala, temannya Bayu", sambil menyodorkan tangan kanannya bersalaman dengan mereka. Orangtua Bayu menyambut Arli dengan hangat, terlihat senyuman terlukis di wajah mereka. Arli melihat perubahan sikap Bayu di rumah. Bayu sangat santai, tidak malu-malu, dia langsung mengambil duduk di sisi Arli, sambil mengambil sebotol cocacola dan 2 gelas kemudian meletakkannya di meja, 1 untuk Bayu, 1 dituangkan untuk Arli. Masih dengan santai, sambil menepuk kaki Arli, Bayu berkata kepada orangtuanya, "Pak, Ma, ini boru sagala yang aku ceritakan. kebetulan dia lagi liburan ke Bandung ke tempat temennya di Ciumbeuleuit, jadi aku ajak ke rumah, katanya bapak mama mau kenalan kan..". 

Ayah Bayu tersenyum dan berkata, "iya, Bayu ini kan pembawaannya pendiam, memang begitu mereka semua pembawaannya, tapi kemarin dia cerita udah punya pacar. Tapi kami kaget waktu Bayu cerita pacarnya asal Medan yang lagi kuliah di Jakarta di UI. Rasanya agak ga percaya, Bayu jarang bergaul dengan perempuan, kok bisa dapat pacar jauh. Begitu.. tapi akhirnya Bayu cerita, katanya ketemu sama boru sagala di Kapal. Yah..seperti kata pepatah, asam di gunung garam di laut, ketemunya dipenggorengan hahaha... lucu pertemuan kalian memang". Cerita Ayah Bayu sambil tertawa. Kemudian Ibu Bayu menyahut, "Arli ga usah panggil Bapak dan Ibu kekita, ga apa-apa panggil namboru dan amangboru. Namanya sudah pacaran, semoga saja jodoh" ujarnya seperti memberi lampu hijau untuk hubungan Bayu dan Arli. Arli bahagia sekali bertemu keluarga Bayu. Dia tidak menyangka keluarga ini hangat sekali, dibalik sikap Bayu yang pemalu dan jarang bicara, di rumah ternyata Bayu sangat santai dan banyak berbincang-bincang. Begitulah perkenalan Arli dengan keluarga Bayu, sampai akhirnya Arli tidak segan lagi bertemu dengan keluarga Bayu.  

 Waktu terus berjalan. Arli dan Bayu telah berpacaran selama 6 (enam) tahun. Suka duka dan berbagai tantangan telah mereka hadapi bersama. Meskipun kata putus acap kali terlontar dari bibir Arli, namun Bayu dan Arli tidak pernah putus hubungan sama sekali. Ada kalanya Bayu balik marah kepada Arli untuk sikap Arli yang tidak dapat diterima Bayu, namun lagi-lagi Bayu dan Arli tetap berhasil mempertahankan hubungan mereka. Bahkan Jarak yang tidak pernah memihak mreka selama 6 tahun akibat lokasi kerja yang tidak berdekatan, Bayu di Palembang dan Arli di Medan, tidak menjadi persoalan. Pertemuan yang hanya sesekali itu tidak merusak rasa saling percaya diantara mereka. 

Bandung
Januari 2012
Akhir bulan Januari ini abang Bayu, akan melangsungkan pernikahan di Bandung. Keluarga Bayu mengundang Arli untuk menghadiri pernikahan tersebut, dan Arlipun menyanggupinya. Di pesta pernikahan itu Arli mulai sedikit demi sedikit membuka diri dengan keluarga besar Bayu, berkenalan, menyapa, dan belajar "martarombo"atau belajar aturan cara menyapa dalam lingkungan adat istiadat Batak. Pestapun usai, tapi Arli tidak segera pulang ke Medan. Arli masih menghabiskan waktu bersama Bayu. Suatu siang Bayu menjemput Arli ke Pop Hotel Bandung tempat Arli menginap selama di Bandung.Bayu mengajak Arli makan siang dirumah, alasannya di rumah sedang banyak makanan, dan Arli menyetujuinya. 

Alangkah terkejutnya Arli ketika acara makan siang selesai, dihadapan Orangtua Bayu, Abang dan kakak ipar Bayu, adik-adik Bayu, Bayu membuka pembicaraan yang serius. Sambil duduk disebelah Arli, Bayu menatap wajah Arli dan berkata, "Arli, bahagia sekali Abang sudah menikah kemarin, terima kasih udah mau datang ke Bandung. Sebenarnya aku mengajak kamu ke rumah siang ini, karena aku mau bicara serius dengan kamu. Kita sudah berpacaran 6 tahun lebih, kitapun sudah sama-sama bekerja. Aku sudah menikmati hidupku yang saat ini, hanya saja, rasanya akan lebih indah jika aku memiliki seseorang disisiku mendampingiku menjalani semuanya. Aku ingin segera mengakhiri kesendiriananku dan menikah. Arli...maukah kamu menjadi istriku?" 

Rasanya saat itu hati Arli bercampur aduk, antara terharus, gembira, dan sekaligus kesal. Arli terharu dengan kata-kata indah Bayu, gembira karena akhirnya masa pacaran panjang mereka akan berakhir ke pelaminan, tetapi Arli juga kesal, mengapa Bayu mengatakan itu pertama kali dihadapan keluarga Bayu, ini membuat Arli membatasi ekspresinya. Ingin rasanya Arli meneteskan air mata bahagia dan haru, tapi Arli malu dihadapan keluarga Bayu, bahkan Arli ingin memeluk Bayu sambil berkata, "Ya, aku bersedia menikah denganmu dan menjadi istrimu selamanya", tetapi tentu tidak bijak kalau berlaku demikian saat itu. Akhirnya Arli hanya bisa menunduk dengan wajah bersemu merah sambil berucap diplomatis, "tentu saja kamu tau bagaimana perasaanku kepadamu selama ini, dan kamu sudah dapat memperkirakan jawaban apa yang aku berikan kepadamu." Dengan sedikit tersenyum dan nada bercanda, Arli melanjutkan kata-katanya, "tapi sekarang aku kalah posisi... satu berbanding sekeluarga", dan yang lainnya tertawa sebentar dan menunggu lanjutan jawaban Arli. "Jawaban pastinya kuberikan waktu kamu datang ke rumah orangtuaku ke Medan dan melamarku dihadapan mereka" Ujar Arli menantang Bayu sambil tersenyum manis. Seluruh anggota keluarga tertawa dengan jawaban Arli dan Ayah Bayu menimpali, "itulah parumaen (Ayah Bayu sudah menganggap Arli seperti menantu meskipun Bayu dan Arli belum menikah), maksud Amangboru dan Namboru, April ini kami datang ke Medan marhori-hori dinding (lamaran antar keluarga) dengan keluarga di Medan. Tapi kalau parumaen sudah menjawab seperti itu, Bayu pasti percaya diri melamar ke Medan..hahaha". Begitulah hari itu berjalan begitu indahnya, Kadang-kadang Bayu dan Arli masih berpikir, ternyata 6 tahun itu sangat-sangat singkat sekali.. rasanya tidak percaya bahwa mereka akan segera menikah. 

 Medan
April 2012
 Bayu bersama  orangtuanya dan adik ayahnya yang tinggal di Medan datang berkunjung ke Rumah Arli. Pertemuan itu didahului acara perkenalan dan makan siang bersama dilanjutkan santai sejenak menikmati makanan ringan di teras rumah Arli sambil  merasakan tiupan angin sepoi-sepoi sore itu. Kemudian acara marhori-hori dinding dimulai. Orangtua Bayu diwakili Adik ayah Bayu membuka pembicaraan menjelaskan tujuan kedatangan keluarga Bayu ke rumah saat itu. Ayah Arli menyambut dengan tersenyum. Namun sangat tidak disangka, sebelum memulai pembicaraan pernikahan itu, Ayah Arli meminta Bayu mengucapkan keinginannya menikahi Arli dihadapan kedua keluarga dan menjelaskan mengapa memutuskan menikah. Hal itu jarang dimintakan keluarga Batak, biasanya langsung ke pembicaraan adat istiadat. Arli kuatir Bayu akan salah tingkah dengan permintaan ayah Arli tersebut. Lagi-lagi Bayu berhasil membuat Arli terharu ketika Bayu berkata-kata dengan lancar, percaya diri dan nada yang tulus meminta restu kedua orangtua Arli agar mengizinkan Arli menikahinya, "Tulang Nantulang, saya sangat mengasihi dan mencintai Arli. Saya sudah berpacaran lama dengan nya, bagi saya sejak dulu sampai sekarang, saya tidak pernah ragu, dialah yang akan mendampingi hidup saya, menjadi  istri saya. Untuk itu, berikanlah  restu tulang dan Nantulang untuk saya menikahi Arli. Saya berjanji, saya akan berusaha menjadi suami yang baik untuk Arli dan menjadi ayah yang baik untuk anak-anak kami nantinya. " 

Terlihat kaum ibu diruangan itu mengusap mata mereka yang basah mendengar pernyataan Bayu tersebut, apalgi ketika mengucapkan kata-kata itu, Bayu menggenggam jemari Arli seperti meminta kekuatan dan percaya diri mengucapkannya.  

Mendengar ucapan Bayu itu, keluarga Bayu kembali meminta Arli untuk mengungkapkan perasaannya terhadap ucapan Bayu tersebut. Melihat bagaimana Bayu percaya diri tadi, Arlipun seperti memiliki kekuatan mengutarakan isi hatinya dihadapan kedua keluarga tersebut yang bagi Arli saat itu iapun sedang mengutarakannya di hadapan Tuhan. 

Acara sore itu dilanjutkan dengan tawar menawar besarnya tuhor (mas kawin) yang akan diberikan keluarga Bayu kepada keluarga Arli. dan dikesempatan itu, keluarga Bayu meminta izin agar pelaksana pesta adalah keluarga Arli sehingga pesta pernikahan di adakan di kota Medan saja, dengan pertimbangan biaya pesta di Medan lebih murah dari pada di Bandung dan keluarga Bayu juga masih banyak di kota Medan. Tentu itu menjadi pertimbangan yang matang di hati Bayu. Bagaimanapun juga, sejak awal dia sudah berniat ingin membiayai sendiri pernikahannya. Bayu berharap pernikahannya tidak memberatkan keluarganya. Itu harapan Bayu. Arli sangat mengerti kondisi itu.. namun proses tawar menawar dengan bahasa adat-istiadat tetap berlangsung.

[to be continued..]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar