Selasa, 10 Mei 2011

ABSTRAK SKRIPSIKU...

BENTURAN ASAS UNUS TESTIS NULLUS TESTIS TERHADAP KETENTUAN KEHADIRAN SAKSI MAHKOTA DITINJAU DARI ASPEK PERLINDUNGAN HAK-HAK TERDAKWA

Hari ini, Rabu/11 Mei 2011...
dikantor tak sesibuk hari-hari kemarin. Jauh lebih santai. Kemarin, 1 hari tanpa 1 tulisanpun di blog ini. dan hari ini, aku kangen banget kuliah lagi.. aku buka folderku, judulnya SKRIPSIKU 4 SKS. nah, pas dibuka trus dibaca-baca, makin kangeennn belajar lagi. inget banget proses pembuatan skripsiku itu..seru!
Akhirnya kepikiran nayangin ABSTRAK skripsiku di blog kesayanganku ini.. kalau nayangin isi skripsinya ya ga mungkinnnnn... panjang bow' ^_^


ABSTRAK


"Tahun 1989 Mahkamah Agung mengeluarkan Putusan MA No.1986 K/Pid/1989 atas suatu delik pembunuhan berencana. Putusan tersebut menjadi sorotan karena di dalamnya mengakui keberadaan saksi mahkota yang pada intinya menyebutkan bahwa saksi mahkota (kroon getuige) dapat digunakan dalam pembuktian delik dengan bentuk penyertaan (deelneming), yang mana saksi mahkota merupakan terdakwa yang bersama-sama melakukan delik dengan terdakwa lainnya. Jaksa Penuntut Umum (JPU) akan memecah perkara (splitsing) para terdakwa agar keterangan yang diberikan tersebut berkualitas sebagai alat bukti keterangan saksi. Saksi mahkota ini diperbolehkan terdorong kondisi perkara yang dinilai kurang saksi sehingga terbentur asas Unus Testis Nullus Testis yang karenanya perkara tersebut tidak memenuhi syarat minimum pembuktian. Ini menyebabkan perkara tidak dapat diajukan ke pengadilan atau terdakwa dapat diputus bebas. Sementara itu Undang-Undang No.8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak mengenal saksi mahkota, meskipun dalam prakteknya telah ada sejak sebelum berlakunya KUHAP. Pada perkembangannya, saksi mahkota dinilai telah melanggar ketentuan KUHAP dan disadari telah melanggar hak asasi manusia. Oleh karena itu muncul Putusan MA yang menentang adanya saksi mahkota yang terdapat pada perkara kematian buruh Marsinah tahun 1995. Meskipun telah muncul Putusan MA yang menentang saksi mahkota, dalam kelanjutannya JPU masih saja memaksakan menghadirkan saksi mahkota dalam pembuktian delik baik terhadap perkara kurang saksi maupun pada kondisi perkara lainnya. Penulisan ini merupakan analisis tentang benturan asas Unus Testis Nullus Testis terhadap kehadiran saksi mahkota ditinjau dari aspek perlindungan hak-hak terdakwa dalam KUHAP."



Gimana??? dari Abstraknya, kira-kira nih skripsinya menarik ga? Kalau buatku sih menarik (ya iyalah..wong yang punya skripsi kok bilang ga menarik, xixixixi). Temen-temen yang pengen tau cerita singkat isi skripsinya silahkan tinggalkan comment, ntar pasti aku bales semampuku..^__^



NOTE: Jangan sia-siakan setiap kesempatan belajar yang kita miliki.
S.E.M.A.N.G.A.T
shanshanpengenkuliahlagi

Minggu, 08 Mei 2011

REFLEKSI...

sebuah kumpulan Tugas Filsafat Hukum FHUI yang pernah kubuat..

Tadinya iseng-iseng buka folder perkuliahanku, tiba difolder Semester VII (periode awal Agustus 2007 s/d akhir Desember 2007) nemu matakuliah Filsafat Hukum. Wah, pas dibuka isinya ada 4 tugas tentang REFLEKSI. dimulai dari awal yaitu REFLEKSI TENTANG DIRI PRIBADI.. nah tugas berikutnya semakin luas yaitu REFLEKSI LINGKUNGAN. semakin jauh perjalanan perkuliahan, diberikan lagi tugas tentang REFLEKSI TERHADAP HUKUM..dan terakhir menjelang akhir semester VII diberikan tugas REFLEKSI TENTANG KEADILAN.

waktu ngebaca semua isi refleksiku dulu, hmmmm menarik juga.. layak tayang diblog sepertinya, wkwkwkwkwkwkwk....
SELAMAT MEMBACA FRIENDS!


Tugas-1 Filsafat Hukum
REFLEKSI DIRI


Saya adalah seorang pribadi yang dilahirkan ke dunia melalui rahim seorang ibu, dengan gender seorang perempuan. Saya menyadari keberadaan saya saat ini tidak terlepas dari pengaruh perhatian, bimbingan serta pengajaran dari orangtua serta orang-orang yang berpengaruh dalam hidup saya. Saya adalah pribadi yang mandiri yang berusaha untuk tidak bergantung kepada bantuan orang lain walaupun di sisi lain dapat saya pahami bahwa saya adalah makhluk sosial, sehingga saya tidak memungkiri bahwa peranan orang lain sangat penting dalam hidup saya.

Hal ini dapat dimungkinkan karena saya tidak begitu menyukai orang-orang yang dengan cepat meminta bantuan terhadap orang lain, tanpa terlihat ada upaya keras untuk melakukannya seorang diri terlebih dahulu. Bagi saya, saya harus menunjukkan sesuatu terlebih dahulu kepada orang lain jika saya berharap kelak orang lainpun mampu berlaku demikian terhadap saya. Hal yang paling membuat saya kesulitan adalah posisi harus memilih, sebab saya tergolong orang yang mempertimbangkan banyak hal dalam keputusan-keputusan yang akan diambil. Namun hal baik dari itu, di saat saya telah memutuskan hal tersebut saya juga telah mempersiapkan pribadi saya untuk mempertanggungjawabkan efek dari keputusan tersebut.

Saya adalah orang berkemauan keras. Saat saya menginginkan atau merencanakan sesuatu, saya akan berusaha dengan keras untuk mewujudkannya. Namun keburukan dari sifat saya ini, saya akan merasa sangat sedih apabila pada akhirnya segala usaha yang telah saya lakukan ternyata tidak mampu mewujudkan keinginan saya. Posisi ini selalu menjadi posisi pembelajaran saya, sebab ketika menyadari kesedihan yang saya alami, saya bukan berputus asa, akan tetapi menerima apa yang telah terjadi dan bersemangat kembali.

Saya suka tersenyum, terutama saat menyapa orang-orang disekitar saya karena saya memang menyukai wajah yang berbahagia dan tidak bermusam. Di dalam pergaulan, saya juga gampang menyesuaikan diri. Hal ini didukung juga karakter saya yang suka bercanda. Jujur saja, melihat orang tertawa dan bahagia juga turut memberikan efek bahagia pada diri saya. Menurut saya, saya cukup terbuka dengan lingkungan saya, saya menyampaikan apa yang ada di hati saya apa adanya, saya mengkritik perbuatan orang yang menurut saya tidak benar, dan saya juga siap dikritik orang lain. Kelemahan yang saya miliki ialah watak saya yang keras yang pada kenyataannya sulit diterima lingkungan saya, sulit menerima bahwa sikap/perbuatan orang lain ternyata tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan padahal sayapun telah menunjukkan apa yang saya inginkan tersebut dengan berlaku demikian terhadap orang tersebut, kebiasaan memperhatikan orang lain yang membuat saya mengkritiknya ketika saya menemukan yang tidak benar yang kadang justru menunjukkan keegoisan/kekeraskepalaan saya. Contoh bentuk kekeraskepalaan saya yang lain ialah, ketika saya telah mengambil suatu keputusan, apabila ada lagi masukan diberikan kepada saya, saya cenderung memegah teguh pilihan saya tanpa kembali mempertimbangkannya karena saya menganggap sebelum mendapatkan keputusan tersebut, saya telah banyak memikirkan pertimbangan-pertimbangan. Selain itu, saya sulit memberikan kembali kepercayaan kepada seseorang yang saya nilai telah mengecewakan saya.

Menurut saya, saya termasuk orang yang sabar menunggu sesuatu, akan tetapi hal yang saya tunggu adalah hal yang sejak awalnya telah jelas. Maksudnya saya tidak akan mau menunggu sesuatu yang buat saya belum jelas kondisinya. Saya tergolong orang yang cekatan hal ini berjalan sesuai dengan semangat saya. Sikap dan sifat saya dominan dalam lingkungan, saya cenderung mensugesti (melakukan tindakan persuasif) orang-orang disekitar saya melalui cerita-cerita saya mengenai pengalaman saya, melalui saran-saran saya, melalui pemaparan pola berfikir saya.

Menurut saya, saya sangat beruntung, sebab bukanlah orang yang gampang stress. Ketika saya punya banyak beban pikiran, saya cenderung memberikan waktu khusus untuk menjernihkan pikiran dengan melakukan kegiatan-kegiatan spontanitas yang jarang saya lakukan walaupun saya masih memiliki banyak pekerjaan yang harus saya lakukan. Itulah pemaparan hasil refleksi diri saya yang saya lakukan. Hal yang paling saya sukai dari diri saya ialah sifat pejuang saya yang selalu berusaha keras mewujudkan apa yang saya inginkan dan semangat saya yang banyak memberikan sukacita dalam diri saya.

GIMANAAAA???? menarik ga? bahasanya pasti bahasa amatiran, pemikirannya jauhhhh banget dah dari filsuf or pakar filsafat. tapi menurutku, ya diriku ini seperti apa yang tertuang di refleksi diri diatas. nah..kita lanjutkan ke tugas berikutnya.


TUGAS-2
FILSAFAT HUKUM
REFLEKSI TENTANG LINGKUNGAN SOSIAL



Bicara mengenai lingkungan sosial, di dalamnya akan mambahas mengenai kondisi keluarga dan masyarakat. Sebab keluarga dan masyarakat merupakan unsur-unsur yang saya temui dalam lingkungan sosial saya yang mana pribadi saya adalah bagian dari keluarga dan masyarakat tersebut.

Pada tugas sebelumnya tentang refleksi diri, saya menyebutkan bahwa saya adalah pribadi yang dilahirkan ke dunia melalui rahim seorang ibu, dengan gender seorang perempuan. Saya menyadari keberadaan saya saat ini tidak terlepas dari pengaruh perhatian, bimbingan serta pengajaran dari orangtua serta orang-orang yang berpengaruh dalam hidup saya. Kedua kalimat tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa saya adalah pribadi yang memiliki keluarga dan keberadaan keluarga tersebut berpengaruh bagi hidup saya. Dalam mendefenisikan keluarga, akan ditemukan keragaman. Untuk itu dalam memaparkan defenisi keluarga, saya terlebih dahulu mengklasifikasikan keluarga tersebut. Secara umum, keluarga diklasifikasikan sebagai keluarga inti dan keluarga. Keluarga inti terdiri dari orang tua (ayah dan ibu), saudara-saudara (anak-anak) dalam artian saudara seibu dan atau seayah. Sedangkan keluarga dapat pula didefenisikan secara luas, bisa dengan patokan keluarga sedarah (masih ada hubungan turun temurun yang diketahui silsilahnya), ataupun keluarga berdasarkan adat istiadat (misalnya dalam adat istiadat suku Batak, menyebutkan keluarga terhadap orang yang memiliki nama keluarga (marga) yang sama atau serumpun).

Dalam pemaparan selanjutnya, saya ingin menyoroti keluarga dalam artian keluarga inti. Idealnya pasti keluarga inti terdiri dari orang tua dan anak-anak. Akan tetapi, dapat saja dalam keluarga keanggotaannya tidak demikian. Adakalanya keluarga tanpa anak, atau keluarga tanpa ayah atau ibu. Namun keluarga itu mulai terbentuk sejak seorang pria dan wanita mengikatkan diri dalam suatu ikatan perkawinan. Menurut saya, posisi keluarga di dalam lingkungan sosial sangatlah kuat. Walaupun keluarga nantinya merupakan bagian kecil dalam suatu lingkungan sosial, akan tetapi dasar dari lingkungan sosial itu sendiri ialah keluarga yang menghasilkan pribadi-pribadi yang menjadi pribadi lingkungan sosial tersebut. Setiap subjek lingkungan hidup, pada dasarnya adalah subjek suatu keluarga dan subjek keluarga itu sendiri ialah pribadi-pribadi. Dengan perkataan lain, pribadi dalam tiap-tiap keluarga itulah yang menjadi pribadi lingkungan sosial. Dengan kondisi demikian, menurut saya meskipun keluarga hanya bagian kecil dari suatu lingkungan sosial, akan tetapi punya peranan terbesar dalam penentuan kondisi lingkungan sosial tersebut, sebab bagaimanapun pribadi lingkungan sosial adalah pribadi anggota keluarga dan keluarga punya pengaruh besar atas kondisi pribadi tersebut. Jika lingkungan sosial kita bermoral rendah, tentu didasari kehidupan berkeluarga yang tidak mengajarkan moral dengan baik terhadap anggota keluarganya.

Bicara mengenai masyarakat sebagai bagian dari unsur lingkungan sosial adalah lebih luas daripada keluarga. Sebab masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga, dalam artian sama halnya dengan tidak adanya pribadi yang dapat hidup sendiri, tetapi sebagai makhluk sosial memang membutuhkan kehadiran pribadi lain selain dirinya, demikian pula dengan masyarakat. Tidak ada suatu keluarga (dalam hal ini adalah keluarga inti) yang dapat hidup sendiri tanpa kehadiran keluarga-keluarga lainnya. Lingkungan sosial dan masyarakat terkesan sama. Namun menurut pendapat saya, masyarakat dipandang sebagai suatu subjek, dan lingkungan sosial adalah suatu komunitas yang didalamnya tidak hanya ada subjek, namun ada kondisi-kondisi lain di dalamnya. Memandang kondisi masyarakat, sama seperti penjelasan sebelumnya, tentu tidak terlepas dari keluarga yang merupakan bagian kecil dari masyarakat dan masyarakat ini merupakan bagian dari suatu kondisi lingkungan sosial. Bagaimana nantinya kondisi lingkungan sosial, tidak terlepas dari bagaimana kehidupan bermasyarakat yang hidup dalam lingkungan sosial tersebut. Seperti paparan saya tersebut di atas bahwa keanggotaan masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga, tentu memerlukan suatu hal yang menjadi pengaturan antar keluarga mengingat keluarga yang ada tidak hanya satu, dan keseluruhnnya memiliki kebutuhan dan keperluan yang tidak dapat digeneralisir begitu saja meskipun memiliki beberapa kesamaan dalam hal kebutuhan pokoknya. Dalam hal inilah pada akhirnya kita akan membahas tentang lingkungan sosial itu sendiri.

Di dalam lingkungan sosial terdapat keluarga yang mana keluarga itu tidak hanya satu, dan keseluruhannya telah membentuk suatu komunitas yaitu masyarakat. Oleh karena itu, lingkungan yang didalamnya terdapat kehidupan bermasyarakat yang beranggotakan keluarga-keluarga yang terdiri dari pribadi-pribadi memerlukan suatu kondisi untuk mewujudkan pemenuhan akan kebutuhan tersebut dan dihadirkan dalam suatu wilayah yang disebut lingkungan sosial. Di dalam lingkungan sosial inilah terdapat kondisi kerjasama, toleransi, kehidupan rukun yang dihadirkan melalui sarana dan prasarana umum pendukung setiap hal dalam kehidupan bersama di lingkungan sosial. Dengan perkataan lain, lingkungan sosial tidak hanya terdiri dari subjek-subjek saja, akan tetapi terdapat berbagai kondisi pendukung subjek tersebut. Sehingga lingkungan sosial punya artian yang lebih luas. Oleh karena itu suatu lingkungan sosial membutuhkan pranata-pranata yang mengetahui kondisi dan mengaturnya. Dipilihlah pribadi-pribadi dari masyarakat yang pada dasarnya adalah pribadi keluarga untuk mengerjakan hal tersebut. Saat itulah dibutuhkan suatu pengaturan yang didasarkan pada aturan dengan tujuan menentramkan kehidupan bersama dalam lingkungan sosial. Semakin komplek kondisi suatu lingkungan sosial, semakin tinggi tingkat kebutuhan atas pengaturan, mengingat kebutuhan dan keperluan yang beragam.

Pada akhirnya, lingkungan sosial itu tidaklah dibentuk (walaupun formalnya demikian), akan tetapi keberadaan dan kebutuhan menghendaki demikian. Masyarakat dan keluaraga secara bersamaan adalah bagian dari lingkungan sosial, sebab pada dasarnya subjek dalam tiap-tiap komunitas hakekatnya adalah pribadi yang sama, hanya saja dari sudut pandang mana kita memandang, apakah dari sisi pribadi sebagai bagian keluarga, pribadi yang hidup dalam keluarga dan bersama keluarga lain hidup dalam komunitas masyarakat, ataupun pribadi bagian keluarga yang bermasyarakat yang hidup dalam kondisi-kondisi yang berkembang dalam suatu lingkungan sosial, dan keseluruhannya adalah satu kesatuan.

GIMANA??? nah kalo ini aku akui banget, bahasanya rada muter-muter..intinya sih itu-itu juga. kalo ga salah ya, bahasanya berbelit-belit karna aku lagi kejar target supaya refleksinya lumayan panjang. soalnya ngerjainnya buru-buru, beberapa menit sebelum dikumpulkan..wkwkwkwkwkwk mahasiswa SKM banget..SISTEM KEBUT MENITAN ^_^
Yowess kita lanjut ke tugas berikutnya..


Tugas-3 Filsafat Hukum
REFLEKSI TERHADAP HUKUM


Dalam pembelajaran yang saya terima, hukum memiliki banyak defenisi dengan sudut pandang yang berbeda-beda, seperti hukum sebagai suatu disiplin ilmu, hukum sebagai norma, dan sebagainya. Melalui refleksi hukum ini, saya mencoba merenungkan, mengapa harus ada hukum, darimana asal kekuatan hukum itu sebenarnya, kapan saya dapat mengatakan telah nyatalah fungsi hukum yang sebenarnya, telah tegakklah hukum saat ini.

Bicara mengenai mengapa harus ada hukum, akhirnya saya mencoba memandang bangsa ini, membayangkan apa yang akan terjadi apabila tidak ada hukum di dalamnya. Natur manusia yang ingin hidup bahagia, keinginan menjadi lebih baik dari diri sendiri terdahulu, ataupun dari orang lain, natur kalkulus manusia yang selalu hitung-hitungan, memperhitungkan untung rugi dari tindakannya bagi dirinya sendiri, jika tanpa suatu batasan maka keserakahan tiap pribadi akan terjadi. Serakah saya mendefenisikannya dengan tidak memperdulikan kepentingan orang lain yang harus dihormati. Membayangkan jika tiap-tiap pribadi manusia menjadi serakah, betapa hancurnya bangsa ini. Kehidupan satu pribadi akan menjadi ancaman bagi pribadi lainnya, tidak ada ketentraman, tidak ada jaminan rasa aman dan terlindungi, semua adalah musuh. Saya melihat kebenaran dari salah satu ayat di kitab suci yang saya yakini yang menyebutkan, jika tidak ada hukum maka liarlah rakyat.

Pada akhirnya saya menemukan alasan mengapa harus ada hukum yaitu untuk mengatur kehidupan yang diisi oleh pribadi-pribadi yang memiliki berbagai kebutuhan, memiliki ambisi mencapai apa yang diinginkannya, memiliki kemampuan untuk mencapainya. Pengendalian tidak datang dari hukum itu, tetapi datang dari diri masing-masing pribadi yang diatur dan dipaksa oleh hukum itu. Hukum tidak dapat berbuat apa-apa karena hukum hanya berupa tulisan, hitam diatas putih. Namun ketika pribadi-pribadi tersebut pada akhirnya mengakui kedaulatan hukum tersebut, hukum itu akhirnya memiliki kekuatan yang sebenarnya berasal dari masing-masing pribadi itu sendiri. Dalam perenungan saya, saya mencoba memandang hukum seperti pengadaan lembaga perwakilan rakyat sebagai perwujudan kedaulatan rakyat. Lembaga perwakilan rakyat tidak merampas kedaultan rakyat secara penuh, tetapi tiap-tiap pribadi rakyat menyerahkan kedaulatannya untuk diwakilkan melalui orang-orang yang dipercayakannya di dalam lembaga perwakilan rakyat tersebut. Demikian pula halnya dengan hukum. Kedaulatan hukum itu berasal dari pribadi-pribadi itu yang menyerahkannya kepada hukum sebagai wujud pengakuan kedaulatan hukum dalam kehidupan bersama pribadi-pribadi tersebut. Sebagai contoh, ketika satu orang merasa dirinya telah dirugikan atas tindakan yang dilakukan orang lain, ia tidak membalaskannya sedemikian rupa, akan tetapi dengan adanya hukum, hal ini akan ditangani misalnya hukum akan menjatuhkan hukuman atas kerugian yang ditimbulkan kepada pelaku sebagai wujud dari kedaulatan melindungi kepentingannya (korban) telah ia wakilkan melalui hukum yang diakuinya kedaulatannya. Sehingga saya menyimpulkan kekuatan hukum itu berasal dari pengakuan kedaulatan hukum oleh pribadi-pribadi yang akhirnya diatur oleh hukum itu pula.

Dalam refleksi ini, sayapun mencoba melihat kapan saya dapat menyatakan telah nyatalah fungsi hukum sebenarnya. Melalui perenungan ini ketika pribadi-pribadi yang pada dasarnya berdaulat atas dirinya sendiri memberikan sebagian kedaulatan itu kepada hukum yang diakui secara bersama-sama sebagai suatu aturan yang berdaulat mengatur kehidupan bersama pribadi-pribadi tersebut dan saat berjalannya waktu dan kehidupan bersama, hukum itupun mampu menunjukkan daulatnya, dalam mengatur, melindungi tiap-tiap pribadi, memberi sanksi kepada pribadi yang melanggar/menyinggung kepentingan orang lain atau kepentingan bersama dalam kehidupan bersama atau bentuk kerugian atau ketidakadilan lainnya, saat dimana hukum itupun telah dihormati oleh pribadi-pribadi yang ada dalam kehidupan bersama tersebut, saat itulah nyata fungsi hukum yang sebenarnya.

Ketika saya juga merenungkan kapan hukum itu telah ditegakkan, sayapun mencoba merenungkan parameter apa yang dapat saya jadikan acuan penilaian terhadap tegaknya hukum. Tidak mudah melakukannya, karena aspek kehidupan manusia sangatlah luas. Setiap individu memiliki takaran kebutuhan dan kepentingan yang beragam macam maupun tingkatannya. Akhirnya saya hanya mampu menyebutkan bahwa tegakknya hukum ketika setiap kebutuhan secara umum manusia sebagai pribadi hukum telah terpenuhi, perlindungan atas diri dan kepentingannya terjamin, adanya penjatuhan sanksi/hukuman kepada pihak-pihak yang menyimpangi itu semua, ketika akhirnya keseluruhan pribadi hukum tunduk kepada hukum dan menghormatinya, ketika satu sama lain terjalin kehidupan berdampingan yang damai, tentram, aman sentosa, saat inilah hukum telah ditegakkan.

Pada akhirnya, melalui refleksi ini, saya sebagai pribadi hukum bercermin dari tulisan yang saya paparkan, apakah saya adalah pribadi yang telah mewakilkan kedaulatan saya melalui hukum yang berlaku dengan menghormati hukum itu sendiri, apakah sayapun hanya memandang hukum sebagai tulisan hitam di atas putih dan tidak mengakui kekuatannya mengatur kehidupan saya ditengah-tengah kehidupan bersama dengan pribadi yang lainnya. Jika pada akhirnya setiap pribadi memiliki perenungan yang sama, dan mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-harinya, itulah bukti paling nyata bahwa hukum telah ditegakkan sesuai dengan fungsinya.

kalau refleksi ini mungkin bahasanya mahasiswa hukum bangetlah ya, lengkap dengan idealismenya. semoga aja dapat dipertahankan, setidaknya diperjuangkan semaksimal mungkin..SEMANGAT!!

dan inilah refleksi terakhir.



Tugas-4 Filsafat Hukum
REFLEKSI TERHADAP KEADILAN


Dari pemahaman saya maupun penggunaan kata keadilan dalam kehidupan di sekitar saya, dapat saya simpulkan bahwa keadilan itu merupakan tercapainya suatu kondisi yang menggambarkan kemerataan, tidak memihak, telah terpenuhinya suatu keseimbangan takaran yang didasarkan kepada ketentuan hukum/aturan yang mengaturnya.

Ketika saya mencoba merenungkan dan memahami apa makna keadilan yang sebenarnya, sayapun berpendapat bahwa keadilan itu sendiri tak terdefenisi. Mengapa pada akhirnya saya menyebutnya demikian? Hal ini dikarenakan saya tidak menemukan satu titik yang menjadi dasar/takaran yang mutlak sebagai patokan sudahkan tercapai keadilan yang dimaksud. Jika disebutkan hukum/peraturan yang dibentuk dalam suatu komunitas sebagai patokan mutlak, kembali mempertanyakan apakah hukum/peraturan tersebut telah mewakili pandangan seluruh pribadi terhadap keadilan? Karena keobjektifan hukumpun bersumber dari kesubjektifan pribadi-pribadi yang disebut inter-subjektivitas. Seseorang akan mengatakan keadilan telah ditegakkan bisa saja berpatokan kepada aturan yang dibuat, namun tidak menutup kemungkinan pula aturan tersebut tidak memberikan keadilan kepada pihak lain. Tidak bermaksud pesimis terhadap keadilan maupun hukum/aturan yang menjadi dasar atas keadilan tersebut, akan tetapi lebih kepada mencoba memahami nilai-nilai keadilan itu sendiri yang pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa sama halnya dengan hukum yang bersumber dari inter-subjektivitas, maka keadilan yang merupakan perpanjangan dari hukum itu sendiripun tidak mutlak.

Dengan demikian, apakah dalam kehidupan sehari-hari, saya tidak akan mengakui kekuatan hukum/aturan yang inter-subjektivitas dan meragukan nilai-nilai keadilan yang ada? Tidak demikian. Jika tidak menghargai hukum sebagai hasil dari inter-subjektivitas atau dapat dikatakan sebagai hal yang dinilai paling objektif yang diatur menusia demi pengaturan kehidupan bersama, bagaimana mungkin pengupayaan keadilan dapat tercapai?

Yang ingin saya sampaikan dalam refleksi ini bahwa keadilan itu bukanlah bernilai mutlak, maksud saya ketika dinyatakan telah tercapai suatu keadilan, maka disaat itupun sebenarnya keadilan yang dimaksud belum tentu adil bagi pribadi lain. Masyarakat Indonesia yang beragam adat budaya, tradisi kebiasaan hidup, beragam kebutuhan, beragam hal yang diprioritaskan dalam hidup, beragam penilaian atas suatu kehormatan, kebaikan dan kesempurnaan, tentulah beragam pandangan dalam memaknai keadilan.

Pandangan saya secara pribadi mengenai keadilan ialah ketika kepentingan saya terjaga bersamaan dengan penghormatan terhadap kepentingan orang lain dalam artian saat kepentingan saya terjaga, orang lainpun tidak dirugikan atas hal tersebut. Memang pada akhirnya terlihat penilaian/pandangan seperti ini sangat subjektif, oleh karena itulah pada akhirnya hal yang paling memungkinkan menjadi patokan/dasar menandai telah tercapainya suatu keadilan, memang tidak objektif secara mutlak, tetapi sifatnya yang dinilai inter-subjektif lebih menjaga kepentingan bersama.

Dari perenungan ini memberikan aplikasi tersendiri bagi saya, ketika saya memandang hukumpun tidak menjamin kesempurnaan keberadaan keadilan disuatu komunitas, namun bukan berarti pesimis dalam menegakkan keadilan. Akan tetapi, seharusnya setiap pribadi merenungkan bahwa kehidupan manusia yang beraneka ragam, saling berdampingan. Oleh karena itu, seharusnya memiliki kesadaran, jika dinilai hukum tidak mutlak menjamin, selayaknya kesadaran masing-masing pribadi yang ingin rasa adil dalam hidupnya terjaga, seharusnya pula menghormati rasa adil orang-orang disekitarnya.

AYo sama-sama kita tegakkan KEADILAN!
SEMANGATTT...

EVERYBODY'S HURT

Lyric and chord Everybody's Hurt song by The corrs

Lagunya easy-listening banget. liriknya simple, syairnya ga terlalu banyak. tapi kalau lihat unplugged-nya The corrs bawain lagu ini, sukaaa banget..
Kelak kalau ada yang beneran niat ngajarin aku maen gitar (pastinya aku tokoh yang harus paling niat belajar dong), aku pengen mainin lagu ini...(boleh dong berangan-angan...)

EVERYBODY'S HURT by: THE CORRS

Intro: F A# x 2

F A#
When your day is long
F
And the night,
A#
The night is yours alone.
F A# F
When you think you've had enough of this life,
A#
Well, hang on.


Gm C
Don't let yourself go,
Gm C
Cause everybody cries
Gm C
And everybody hurts
F A#
Sometimes.


F A#
Sometimes everything is wrong.
F
Now it's time to sing along.


A# F
When your day is night, hold on,
(Hold on, hold on)
A#
If you feel like letting go,
F
(Hold on)
A# F
If you're sure you've had too much of this life,
A#
To hang on.


Gm C
Cause everybody hurts
Gm
Sometimes.
C
Take comfort in your friends.
Gm C
Everybody hurts...


A7 Dm
Don't blow your hand,
A7 Dm
Oh, no,
A7 Dm
Don't blow your hand.
D# A#
If you feel like you're alone,
D# C
No, no, no, you're not alone.


F A#
If you're on your own
F
In this life,
A#
And the days and nights are long,
F A#
If you're sure you've had too much
F
Of this life
A#
To hang on.


Gm C
Well, everybody hurts
Gm C
Sometimes, everybody cries
Gm
Sometimes,
C
Everybody hurts...
F A#
Sometimes.


F A#
Everybody hurts sometimes.


F A#
So, hold on, hold on,
F A#
Hold on, hold on,
F A#
Hold on, hold on,
F A#
Hold on, hold on,
F A#
'Cause no, you're not alone.


F A# ... F

Sabtu, 07 Mei 2011

AKU PEREMPUAN..DAN AKU BISA!

Sebuah karya dalam lomba menulis sebuah karya tentang perjuangan kaum wanita mengangkat harkat dan martabatnya dalam acara menyambut hari Kartini tahun 2009 silam, sayangnya saya lupa mengirimkannya ^_^

kisahnya tentang diriku sendiri..
sama sekali tidak berniat menyombong atau berpuas diri dari apapun yang pernah atau telah diraih hingga saat ini, hanya berbangga terlahir sebagai seorang perempuan dan sebagai apa adanya diriku dulu hingga saat ini..karna semua hanya oleh ANUGERAH-NYA.
Selamat membaca!



AKU PEREMPUAN..dan AKU BISA!

Perkenalkan! Aku perempuan….

Aku dianugerahkan Tuhan dalam suatu keluarga Batak di kota Medan. Ayah dan Ibuku berprofesi sebagai guru di salah satu Sekolah Dasar Negeri di daerah tempat tinggal keluargaku saat ini. Aku adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang keempatnya adalah perempuan. Sebagaimana budaya Batak yang sifatnya Patrilineal, tanpa adanya anak laki-laki dalam keluarga Batak, marga (sebutan nama keluarga dalam suku Batak) yang dimiliki tidak akan dapat dilanjutkan oleh generasi selanjutnya. Karena peranan anak laki-laki dinilai sangat besar, maka sangat disayangkan di dalam keluarga Batak jika tidak terdapat anak laki-laki, bahkan pandangan demikian masih dirasakan meskipun zaman semakin maju. Demikian juga yang kami alami, baik dari pandangan orang Batak di lingkungan tempat tinggalku sampai pada sebagian keluarga yang memang bukan keluarga dekatku.

Aku bersyukur dan bangga terhadap kedua orangtuaku. Reaksi dan tanggapan mereka terhadap selintingan cerita-cerita maupun pandangan yang memandang remeh terhadap keluargaku sungguh mengesankan. Jika kepada ayahku ditanyakan bagaimana rasanya dikelilingi para wanita di rumah sebagai bentuk penegasan tidak adanya laki-laki di rumah selain ayah, beliau selalu menjawab, “ah..tidak masalah. Bahkan aku sangat bersyukur dikaruniai keluarga ini. Aku punya istri yang sangat mendukungku, aku punya empat anak perempuan yang cantik-cantik dan membanggakan. Apa lagi yang kurang?” Ketika mendengarkan ungkapan ayah tersebut aku bertekad untuk menjadi boru (sebutan untuk anak perempuan di keluarga Batak) yang membanggakan di setiap apapun yang akan aku lakukan kelak.


Semangat bocah kecil…..
Aku tidak mengecap pendidikan di Taman Kanak-Kanak sebelum duduk di bangku Sekolah Dasar karena orangtuaku yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (saat itu pangkat/golongannya masih rendah) tidak memiliki kemampuan keuangan untuk itu, apalagi aku punya dua orang kakak yang sedang bersekolah. Namun aku selalu ingin cepat-cepat belajar agar aku pintar. Oleh karena itu, aku meminta untuk ikut ibuku setiap ia pergi ke sekolah untuk mengajar (saat itu ibuku mengajar kelas 1 SD). Meskipun aku bukan satu dari siswanya, di kelas aku memperhatikan ibuku yang mengajar dan ikut mempelajari apa yang dia ajarkan kepada murid-muridnya. Proses itu membuatku telah mampu membaca, menulis, dan berhitung sebelum aku mulai bersekolah.

Melihat kemampuanku, ayah mengusulkan agar aku bersekolah di salah satu Sekolah Dasar Swasta yang memiliki reputasi terbaik di daerahku dengan alasan sekolah tersebut memiliki fasilitas pendidikan yang jauh lebih baik dari sekolah dasar negeri tempat orang tuaku mengajar. Meskipun biaya sekolahku akan terasa mahal, namun kedua orangtuaku tetap bersemangat mendaftarkan aku di sekolah tersebut. Murid-murid yang bersekolah di sana kebanyakan anak dari keluarga yang cukup berada dan merupakan Warga Negara Indonesia Keturunan Tionghoa yang menurut pendapat orang sekitar, memiliki kemampuan intelektual yang baik.

Hal ini tidak membuatku pesimis. Semangat orangtuaku mendorongku giat belajar. Satu tekadku, disetiap akhir caturwulan (masa itu kurikulum pendidikan mengenal sistem caturwulan) orangtuaku akan datang ke sekolah untuk menerima penghargaan karena prestasiku. Tuhan pasti mendengarkan doa umatnya yang mau bekerja keras dan mematuhi FirmanNya, harapankupun terkabul. Selama bersekolah di sekolah swasta tersebut, orangtuaku hampir tidak pernah membayar uang sekolah karena aku meraih juara umum dan memperoleh beasiswa berupa pembebasan kewajiban membayar uang sekolah. Kebahagiaan terbesarku ialah ketika melihat ayahku berdiri di podium sekolah memberikan pidatonya sebagai orangtua siswa berprestasi. Dalam hati aku berkata, “Sujud syukurku kepadaMu Tuhanku, saat ini aku melihat senyum kebanggaan di wajah ayahku.” Aku semakin bersyukur ketika melihat ibuku ditengah perkumpulan yang diikutinya ia punya cerita-cerita prestasi anaknya yang dapat ia sampaikan. Aku tetap bersekolah di sekolah tersebut sampai setamatnya dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).. Aku meninggalkan Yayasan sekolahku tersebut dan mendaftarkan diri di Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Medan yang disebut-sebut sebagai SMU Negeri terbaik di kota Medan.

Ayah ibuku tetap bangga….
Aku sempat pesimis karena nilai ebtanasku (sistem ujian akhir SLTP saat itu) tergolong biasa-biasa saja dari antara orang-orang yang mendaftar di SMU Negeri 1 Medan. Puji Tuhan, aku diterima meskipun namaku berada pada lembar akhir daftar siswa yang diterima. Tidak segemilang dahulu, di SMU aku tidak menoreh prestasi. Aku merasa sangat bodoh di tengah-tengah lingkungan para jenius. Penerimaan raport pertama di SMU ini aku pulang dan menangis karena merasa tidak membanggakan orangtuaku. Ibuku datang menyambutku pulang dan berkata, “selama kamu terus giat belajar dan berjuang meraih yang terbaik, kamu tetap menjadi boru kebanggaan kami. Jangan pesimis, lebih giat lagi belajar.” Akupun tersadar, betapa sempitnya definisi kebanggaan yang aku artikan selama ini. Kebanggaan orangtuaku tidak sebatas prestasi, tapi kebanggaan yang mereka rasakan ialah ketika anak-anaknya mau belajar dan bekerja keras untuk meraih apa yang dicita-citakan. Akhirnya aku memahami bahwa kebangggaan tidak sebatas hasil, tetapi dirasa pula dari proses meraih hasil tersebut.

Aku berteman.. dan aku punya caraku sendiri…

Semakin hari aku semakin giat berjuang, tidak hanya dalam pelajaran sekolah, akupun mulai menyibukkan diri dikegiatan ekstrakokurikuler sekolah.

Anak-anak sebayaku dilingkunganku menilaiku secara beragam. Ada yang memandang aku sombong karena kebanyakan menghabiskan waktuku di sekolah, ada yang berpendapat aku kutu buku aneh yang suka membaca buku di angkutan umum (butuh waktu 1 jam perjalanan dari sekolahku ke rumah dengan angkutan umum dan aku hobi membaca), dan tanggapan lainnya.

Bukan tidak perduli dengan pendapat orang sekitar, namun aku tidak mau menyesal kelak dengan keputusan-keputusan yang kuambil sekarang. Karena aku sadar siapa diriku nanti adalah hasil dari keputusanku di masa lalu. Aku bukan tidak ingin bergaul, tapi aku hanya membatasi waktu untuk bergaul, aku bukan tidak ingin bermain, tapi aku tidak ingin menghabiskan waktu terlalu banyak untuk bermain. Di setiap akhir pekan aku tetap bergaul dengan orang-orang di sekitarku. Tapi sepertinya itu dinilai tidak cukup. Aku punya terlalu banyak mimpi dan harapan, dan tidak banyak teman yang melihatnya sebagai mimpi dan harapan yang layak diharapkan. Mereka berkata kelak akan ada pria yang akan bersamaku, kenapa aku harus berjuang sekeras itu? Biarkan pria itu memenuhinya untukku… Sayangnya aku tidak sependapat. Aku membutuhkan pria itu, tetapi aku tidak akan bergantung sepenuhnya, aku punya pilihan yang dapat kupilih, aku punya kisah yang dapat kujalani, aku ingin bertanggung jawab untuk hidupku dan kepada keluargaku. Seberapa keras mereka mendidikku, aku ingin lebih keras lagi berjuang menjadi kebanggaan mereka…. Itu harapanku. Aku tidak memperumit, aku cuma ingin membuat hidupku lebih berarti dan berguna bagi kehidupan disekitarku.

Pemikiranku ini membuatku lebih nyaman bergaul dengan teman pria daripada teman wanita, sehingga aku lebih banyak berteman dengan para pria, biasanya bepergian bersama di hari libur untuk melakukan pendakian (hiking) atau camping.

aku begitu menyukai kegiatan ini.

Pendidikanku di SMU aku selesaikan dengan baik, meskipun prestasi terbesar yang dapat kuraih hanya sebagai siswa berpredikat sepuluh besar di kelasku. Itupun kuraih menjelang aku mengakhiri masa SMU ku. Aku tidak kecewa, seperti kata ibuku.. karena hasil yang aku peroleh berasal dari kerja kerasku, sepuluh besar itu bernilai tidak sekedar sepuluh besar dan aku harus bangga atasnya. Aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di perguruan tinggi. Tekadku, aku harus masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terbaik! Sayang aku gagal. Aku tidak lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Aku perempuan…aku punya mimpi dan harapan dan aku bisa…
Aku tidak dapat menggambarkan kekecewaanku atas kegagalanku masuk PTN. Aku mencoba menghakimi diriku sendiri, menilai dari tidak serius, terlalu banyak bermain, tidak berjuang. Selanjutnya dengan bodohnya aku menghukum diriku sendiri dengan mengurung diri di rumah, menutup diri dari dunia luar. Orang-orang mulai mengeluarkan komentar-komentarnya ketika aku menyampaikan pada orangtuaku aku akan berjuang di SPMB tahun depan karena aku sudah bertekad, aku harus masuk PTN terbaik dan menuntut ilmu dengan serius disana dan kelak dengan ilmu pengetahuanku itu, aku berjuang meraih cita-citaku sebagai Praktisi Hukum. Aku katakan aku ingin masuk Fakultas Hukum Universitas Indonesia di Jakarta,
sehingga aku harus merantau kelak. Ini dinilai berlebihan oleh orang-orang disekitarku. Mereka menyarankan aku meneruskan pendidikanku di kota ini saja, mengikuti kursus atau kuliah untuk keahlian tertentu, seperti computer, atau ilmu sekretaris dan kelak bekerja di bidang administrasi. Aku tidak ingin itu, aku tidak memandang rendah bidang itu yang memang digeluti perempuan di daerahku, aku menghormatinya. Tetapi aku menyadari tekadku telah kokoh, aku ingin menjadi Praktisi Hukum, yang akan menunjukkan bahwa hukumpun dapat menjadi pedang yang paling tajam jika itu untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Banyak yang berpendapat aku sedang mempersulit jalanku sendiri, karena aku perempuan. Tapi bersyukur, orangtuaku bukan bagian dari mereka. Aku diizinkan melakukan yang kuinginkan dan berharap aku mengerti apa yang aku mau dan mampu mempertanggungjawabkannya terutama kepada Tuhan empunya hikmat pengetahuan yang abadi.

Sekitar tujuh bulan aku habiskan di rumah mengerjakan pekerjaan rumah dan tentunya BELAJAR. Aku mengulang pelajaranku sendiri. Tiga bula terakhir, aku mengikuti kursus komputer. Aku tidak ingin menjadi orang yang gaptek (gagap teknologi). Tiga bulan menjelang SPMB tahun keduaku, aku mengikuti bimbingan belajar. Puji Tuhan, akhirnya aku lulus di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan telah menyelesaikan studiku disana selama 4 (empat) tahun

dengan Indeks Prestasi Kumulatif yang baik serta telah diwisuda 29 Agustus 2008 lalu.


Tepatnya pada tanggal 25 September 2008, sebulan setelah hari wisudaku, aku mendaftarkan diri sebagai Calon Jaksa di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (kota domisiliku di KTP adalah Medan, sehingga aku harus mendaftar di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara). Melewati tahap demi tahap seleksi, akhir November 2008 aku dinyatakan lulus seleksi. Tanggal 16 Maret 2009 aku menerima Surat Keputusan sebagai CPNS Kejaksaan RI dan ditempatkan di Kejaksaan Negeri Panyabungan Sumatera Utara selama 2 tahun. Selanjutnya, tinggal menunggu waktu untuk mengikuti langkah-langkah menyusun jenjang karier yang terbaik di Kejaksaan, amin! Perjalanan yang panjang memang… Namun tidak ada kata berhenti untuk belajar dan berjuang. Aku bersyukur, apa yang kuharapkan setahap demi setahap dihadapkan Tuhan dalam kehidupanku.


Teringat akan ucapan seorang teman dekat di daerahku beberapa hari menjelang sidang skripsiku, yang mengucapkan selamat dan mendukungku melalui handphone. Kami bercerita mengenang masa-masa pertemanan kami. Pada akhir pembicaraan ia berkata, “San, kamu perempuan biasa, tapi kamu berbeda. Kamu selalu berfikiran maju dan positif dan kamu pejuang yang sangat keras kepala. Mungkin aku dan teman-teman adalah orang yang sangat mengagungkan masa remaja karena bisa menikmati waktu-waktu yang menyenangkan, tapi sayang kami lupa akan hal yang penting untuk masa depan kami. Ketika melihat apa yang teman-teman kerjakan saat ini di sini dan apa yang sedang kamu perjuangkan disana, sangat jauh berbeda. Kami bangga padamu. Kelak tetaplah miliki semangat itu. Keberadaanmu pasti akan selalu diperhitungkan dimanapun kamu berada. Tetaplah menjadi perempuan yang tangguh.”


Tidak hanya terbatas pada suku Batak dan berbagai suku-suku lainnya, tetapi pada kenyataannya di Negara kita memang tumbuh sumbur budaya patriakhi. Tetapi hendaknya ini tidak membuat surut tekad para perempuan untuk maju dan berprestasi. Tidak memandang gender laki-laki atau perempuan, seharusnya kita punya semangat untuk menjadi yang terbaik. Laki-laki bisa berprestasi, Perempuanpun bisa! Kodrat sebagai perempuan bukanlah penghalang berprestasi. Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling melengkapi dan berdampingan.



Jadilah perempuan berprestasi yang akan menjadi pendamping pria terbaikmu.shanshan menanti pasangan terbaiknya.

Mereka Meneriakiku, “Koruptor!”

JUARA III LOMBA CERPEN TINGKAT NASIONAL dengan tema "BANGKIT HUKUM INDONESIA" tahun 2008.

bermula dari hobi nulis, akhirnya terlahirlah sebuah cerpen. niatnya sih iseng..mengisi waktu luang, trus ga pake biaya lagi, padahal hadiahnya cukup menggiurkan. Ga nyangka bakal dapat juara III, apalagi ini bertaraf Nasional padahal gaya bahasanya amatiran banget.. pastinya seneng banget, dapet 1 juta bow..untuk ukuran mahasiswa saat itu, berasa kaya ketiban rejeki dah..semoga aja tulisan ini bermanfaat buat semuanya.

SINOPSIS

Cerpen ini mengisahkan tentang kehidupan seorang PNS yang melakukan tindak pidana korupsi dengan mengambil sebagian dana bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS) untuk kebutuhan hidupnya karena terdesak. Cerpen ini ga nyebutin satu namapun dari tiap tokoh yang ada, karena cerpen ini lebih terfokus pada penyampaian perasaan seseorang sebagai tersangka kasus korupsi yang menyadari banyaknya tindak pidana korupsi lainnya disekitarnya sehingga merasakan ketidakadilan. Cerpen ini juga mengungkapkan cara pandang, perhatiaannya terhadap bangsa ini dan perenungan sang (PNS) koruptor tersebut yang pada akhirnya justru menyadari kesalahannya ketika ia mencoba mencari kesalahan orang lain yang versi sang (PNS) koruptor ini adalah seorang koruptor pula. Gol yang aku niatin dari cerpen ini mau nyadarin diriku sendiri dan para pembacanya akan hal-hal yang dianggap kecil tetapi sebenarnya telah merugikan dan akar dari tumbuhnya tindak pidana korupsi, makanya akhir dari cerpen inipun merupakan ungkapan harapan dan cita-cita sang PNS yang korup itu untuk mengubah jalan hidupnya, hidup keluarganya dengan harapan kelak menjadi awal perubahan perilaku bangsa ini. Cerpen inipun mengungkapkan hukuman yang diterima seorang koruptor baik itu hukuman yang dijatuhkan oleh hakim maupun hukum yang menyerang moral sang koruptor. tujuannya supaya setiap pembacanya dapat merasakan hal terburuk yang dirasakan sang koruptor meskipun ia pernah merasakan hal baik dari hasil korupsinya. Aku ngarepnya dengan bentuk penyajian kaya gini, pembaca menyadari bahwa korupsi itu sangat buruk, sebaik apapun hasil yang pernah diberikan dari korupsi. Cerpen ini banyak berbicara mengenai integritas, moral dan peran serta tanggung jawab seorang abdi Negara. Harapanku Cerpen ini membawa dampak yang positif bagi setiap orang yang ngebacanya. Berhubung ini tulisan amatiran, pastilah hasilnya jauh dari sempurna.. gimana, setelah baca sinopsinya kira-kira tertarik ga bacanya?? tulisan ini sekaligus warning juga sih buatku, supaya ga salah langkah. yang pengen baca critanya, monggo.. semoga menginspirasi para pembaca..Selamat membaca teman!


Mereka Meneriakiku, "KORUPTOR!"
by: Shanty Sofiarli Sagala.


Memang bukan alasan, tetapi masalah perekonomian keluarga telah membuatku salah langkah. Menjadi tulang punggung dua keluarga, keluargaku bersama anak dan istriku serta keluargaku bersama ayah dan ibuku menyudutkan posisiku..disatu sisi aku ingin bekerja dengan seluruh daya dan upayaku serta menjadi seseorang yang berintegritas, bermoral baik.

Tapi disisi lain, anakku harus sekolah, dapurku harus berasap, dan ayah ibuku tidak lagi mampu bekerja..Bagaimana aku sanggup membiayai perawatan ayahku yang sudah beberapa tahun ini harus check-up rutin ke rumah sakit dan entah berapa banyak telah keluar masuk rumah sakit untuk rawat inap. Akupun mulai memasukkan sebagian dana bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS) ke rekening pribadiku. Aku memang bejat! Tapi gajiku sebagai PNS tidaklah cukup untuk semua tuntutan hidup yang menghimpitku. Aku sadar diri, aku hanya ingin hidup sederhana, makan selayaknya. Aku tidak mengeluh, kalau hanya tahu dan tempe yang bisa kuberikan untuk keluargaku, tapi tidak ada yang memihakku, pemerintahpun tidak! Kesanggupanku tetap harus diusik harga bahan makanan yang terus naik membumbung tinggi. Sekali aku bertanya, Tuhan… salahkah aku?


Tuhan memang tidak mengizinkan aku tersesat terlalu jauh…Akupun dibawa ke Kantor Polisi atas aduan seorang rekan kerjaku. Tanganku diborgol! Berat rasanya berjalan melewati orang-orang yang begitu aku sayangi dengan kondisi seperti ini. Aku dikawal polisi menuju sebuah mobil dengan sirene di atasnya. Anak istriku menangis, mata ibuku basah tanpa suara dan banyak mata memandang jijik padaku, mereka meneriakiku, “ koruptor!!”. Aku tahu, ayahku yang terbaring di kamarnya saat itupun tersayat hatinya. Kali ini aku berhenti bertanya dan bersujud, Tuhan..aku bersalah…ampunilah aku!

Pemeriksaan polisi sungguh membuatku tersudut. Aku merasa orang yang paling buruk di dunia. Ya..aku memang mengambil uang yang bukan hakku, aku mengambilnya berpuluh kali lipat dari gaji yang bisa kuterima sebagai PNS, ya..berpuluh kali lipat dari gajiku. Tekanan dihatiku tak tertahankan, aku meratap, “berapa banyakkah uang yang kudapat dari ‘berpuluh kali lipat dari gajiku’ sebagai PNS, gaji seorang Kepala Sekolah Negeri?”

Lagi-lagi aku menghakimi moralku, aku memang bejat! Aku telah merugikan bangsa ini, Negara dimana aku dilahirkan. Tetapi egoku berusaha membelaku dan mempertanyakan, seberapa besar bangsa ini telah menghargai setiap usaha dan perjuangan kaumku, mendidik setiap orang yang disebut generasi penerus bangsa? Benarkah kami pencetak generasi penerus bangsa ini yang kelak akan memimpin bangsa ini? Sebesar itukah peranan kami untuk bangsa ini? Tapi mengapa aku merasa aku dan kaumku tidak menjadi bagian dari statistik masyarakat sejahtera bangsa ini? Jika sebesar itu peranan kami, mengapa nasib kami seolah-olah terlupakan dari fokus pemerintah disetiap penyusunan Rencana Anggaran dan Belanja Negara? Aku lelah bertanya, kutarik nafasku sedalam-dalamnya. Di dalam benakku aku memohon, Tuhan…kuatkan aku!

Ternyata untuk memeriksaku butuh waktu yang sangat panjang. Akupun ditahan di sebuah Rumah Tahanan, bergabung dengan banyak orang yang mungkin sedang menunggu nasib dari ketukan palu pak hakim. Ditahan ditempat seperti ini sungguh menyiksa batinku, teringat akan anak istriku dan kedua orang tuaku, siapa yang akan memenuhi kebutuhan hidup mereka? Tuhanku, jikapun Engkau marah karena kejahatanku, akankah Engkau tetap menjaga keluargaku? Aku hanya mampu berserah di hadapanMu…sujudku dihadapanNya.

Ditahan berhari-hari telah membuatku banyak merenungi perjalanan hidupku. Terkadang aku mulai mengutuki diriku yang telah salah langkah, namun terkadang pula aku mencari pembenaran diri dengan melihat kehidupan nyata di sekitarku. Ingin rasanya aku mencibir setiap kali aku melihat sipir yang biasa menghinaku dengan meneriakiku koruptor, ternyata begitu seringnya menerima sejumlah uang dari beberapa tahanan yang cukup ternama agar difasilitasi. Tidak heran kalau kamar yang dihuni tahanan tersebut sangat jauh berbeda dengan tahanan lain. Kamar itu hanya untuk dirinya seorang, dilengkapi beberapa barang-barang elektronik, TV, Kulkas, AC dan lainnya. Seumur hidup aku tidak pernah menyangka, di tempat seburuk ini, masih ada kamar mewah yang disediakan untuk tahanan, “Ah, sipir itu tidak pantas meneriakiku, koruptor!”, pikirku. Tadinya aku hendak meneriakinya kembali, menyadarkannya betapa rendahnya moral yang dimilikinya. Tapi kuurungkan niatku, “mungkin kami punya nasib yang sama, terhimpit dengan masalah perekonomian” ujarku di dalam hati.

Istri dan anak-anakku cukup rajin menjengukku selama di tahan di Rutan ini. Aku benar-benar bersyukur dianugerahi keluarga ini, dan akupun terpuruk dalam penyesalanku. Aku telah membuat hidup mereka menderita, aku telah membuat anak-anakku malu. Apa yang dapat mereka banggakan dari ayah seorang koruptor?

Jam kunjungan telah berakhir, setiap penjenguk harus meninggalkan tempat kunjungan ini. Ya..terkecuali punya uang untuk disalamkan kepada sipenjaga, maka akan diberikan waktu ekstra untuk kunjungan, dan aku tidak punya uang itu. Lagi-lagi aku merasa muak…seolah-olah menjadi orang yang paling sial didunia. Kesialanku ialah aku tertangkap di tengah-tengah banyaknya kejahatan di dunia ini. Aku digiring kembali menuju kamarku.

Waktu istirahat telah tiba, aku boleh memasuki sebuah ruangan dengan beberapa fasilitas elektronik, TV misalnya. Aku dan beberapa tahanan lainnya mulai menyetel siaran televisi. Selama ditahan, aku tidak mengetahui perkembangan berita di negaraku ini, akupun menyetel siaran berita. Terlihat gedung DPR/MPR yang sedang dipenuhi para pejabat yang disebut-sebut sebagai wakil rakyat, orang-orang yang dipercayakan menerima, menyampaikan dan pada akhirnya menanggapi aspirasi rakyat. Tentu Negara tidak mengeluarkan sedikit uang untuk pertemuan itu, mereka pejabat, mana mungkin dibayar rendah. Tentulah ini pertemuan penting. Tapi apa yang kusaksikan? Tidak sedikit pejabat-pejabat yang berintelektual tinggi itu yang tertidur, ada pula yang fokus dengan koran yang sedang dibacanya bahkan ada yang sedang tertawa sambil menelepon. Mungkinkah aku menyampaikan kepedihan hidupku kepada wakil rakyat ini? Menurut versiku, mereka tidak beda denganku, mereka merugikan ‘keuangan Negara ataupun merugikan perekonomian Negara’. Aku mengetahui istilah itu dari seringnya polisi yang memeriksaku menyebutkan hal itu didepanku sambil menyebutkan pasal yang dikenai kepadaku dari Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Metodenya memang beda, tapi dampaknya sama. Aku mengambil uang yang bukan hakku, dan pejabat itu menikmati uang rakyat yang hanya layak mereka nikmati jika mereka benar-benar mengerjakan pekerjaan mereka, dan menurutku, tidur, membaca Koran, ngobrol ditelepon saat rapat yang membahas mengenai kepentingan rakyat bukanlah tindakan yang menyebabkan Negara harus menggaji mereka. Dengan perkataan lain, pejabat-pejabat itu hanya makan gaji buta. Apakah itu tidak merugikan keuangan Negara? Ah, berapa besar gaji yang mereka peroleh setiap bulannya? Berapa besar uang Negara yang telah mereka nikmati setiap bulannya? Tentunya sangat besar dan jauh dari jumlah gajiku sebagai Kepala Sekolah Negeri. Tetapi mereka hanya bersenang-senang, mereka tidak bekerja dengan benar, mereka hanya makan gaji buta! Mengapa tidak ada yang meneriaki mereka koruptor!? Apakah kata-kata di Pasal per Pasal Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi itu ditujukan hanya untukku? Sudahlah….aku muak! Aku ingin tidur.

Pagipun menjelang. Pagi ini cukup cerah, aku berharap pemeriksaanku dilanjutkan dengan cepat. Dadaku terasa sesak setiap kali menghitung jumlah hari aku berada di tahanan ini, itu sama saja dengan aku menghitung jumlah hari aku tidak menafkahi keluargaku. Aku meminjam Koran dari sipir yang sedang menikmati kopi paginya. Aku hampir terbahak-bahak melihat berita pagi ini. Seorang mantan pejabat yang diduga kuat terkait kasus korupsi, terpilih sebagai pejabat baru di Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Sementara palu hakim belum diketuk untuk menentukan apakah aku maupun pejabat itu bersalah, aku mendekam ditahanan tanpa mampu melakukan apapun untuk menafkahi keluargaku, di lain pihak si mantan pejabat justru sedang merayakan terpilihnya dia sebagai pejabat baru di PSSI, ironis sekali…. Dan tentu saja, seorang pejabat baru PSSI tidak akan diteriaki, koruptor!


Kehadiran ibuku di ruang kunjungan Rutan ini sungguh menyayat hatiku. Aku mengerti betapa pedihnya hatinya melihat anaknya ditahan sebagai pelaku tindak pidana korupsi. Aku menanyakan kabar ayahku padanya, dan seperti biasanya, kesehatannya tidak mengalami perkembangan. Ayahku masih tetap terbaring di tempat tidurnya, tidak mampu melakukan aktivitas apapun setelah stroke kedua yang dialaminya beberapa tahun lalu. Aku benar-benar ingin menolong ayahku, aku ingin dia sembuh.

Aku jadi teringat terakhir kali aku membawanya ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, ayah dibawa ke ruang UGD, sementara itu dokter sedikitpun belum memeriksa bahkan menyentuh ayah, aku dipanggil untuk mengurus administrasinya. Aku menyebutkan kalau aku pengguna Asuransi Kesehatan karena aku adalah PNS. Setelah itu, aku diminta untuk mengisi data dan sang dokter tidak kunjung datang memeriksa. Lama setelah itu, ada seorang lagi datang ke UGD, dan kemudian menunggu sang dokter. Tidak lama setelah itu, sang dokter muncul dan menangani pasien baru tersebut. Alangkah kecewanya aku yang menunggu sedari tadi, tetapi dokter mengacuhkan dan memilih pasien baru. Apakah dikarenakan aku pengguna ASKES? Tidak hanya itu, ternyata tidak semua fasilitas rumah sakit diberikan cuma-cuma dengan ASKES tersebut, sehingga aku harus mengumpulkan banyak uang untuk membayar sebagian biaya yang dikenakan padaku. Seminim itukah dana bantuan kesehatan yang diberikan pemerintah? Ataukah telah disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu yang bernasib lebih baik dariku, tidak diteriaki, koruptor!?

Ketika anak sulungku menderita demam berdarah saat wabah demam berdarah sedang mewabah di berbagai daerah, pemerintah menjanjikan biaya pengobatan gratis untuk penderita demam berdarah. Nyatanya akupun masih tetap harus membayar. Apakah pemerintah hanya membual, atau lagi-lagi dananya disalahgunakan?
Kalau diberi kesempatan mengungkapkan seluruh pertanyaanku, masih banyak yang ingin kusampaikan. Mengapa mengurus Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk masih harus dikenai biaya? Bukankah pemerintah telah menjanjikannya cuma-cuma? Aku jadi teringat kepada pegawai-pegawai Kantor Kepala Desa di daerahku yang turut meneriakiku, koruptor! Berapa banyak uang yang telah mereka peroleh dari setiap orang yang mengurus Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, dan surat-surat lainnya? Apakah uang itu hanyalah bentuk tanda terimakasih?

Kembali aku teringat dengan daerah dimana aku bertempat tinggal. Aku memang seorang pemerhati, aku memperhatikan perusahaan-perusahaan besar yang terlalu sering diprotes masyarakat setempat akibat limbah yang merusak lingkungan. Tapi entah mengapa, itu hanya berakhir sebagai sebuah demonstrasi saja, dan semuanya berakhir, perusahaan tetap berjalan dengan baik-baik saja dengan kesalahan yang sama. Di sisi lain aku juga melihat kehidupan kepala daerahku yang sangat makmur, dia bukan pengusaha sukses, tetapi entah telah beberapa kali seluruh keluarganya bergonta-ganti mobil. Aku kembali mengingat di hari pernikahan putri sang kepala daerah, desas desus menyebutkan kepala perusahan perusak lingkungan itu memberikan hadiah yang sangat fantastis, sebuah mobil sepertinya. Apakah ini juga masih tergolong tanda ucapan selamat, ataukah ini dapat disamakan dengan gratifikasi yang diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi? Ataukah tanpa sepengetahuanku, sang kepala daerahpun pernah diteriaki, koruptor!!? Sama sepertiku….?

Ah, mengapa aku menjadi seorang yang menghakimi orang lain dengan pandangan-pandanganku? Apakah hukum di Negeri ini bagiku tidak begitu pintar untuk mengungkap semua kejahatan yang ada? Jikapun demikian, apakah aku seolah-olah lupa di atas segalanya ada Hukum yang kekal, Hukum Tuhan. Dari sejak kecil orangtuaku selalu berkata, Hukum Tuhan adalah benar dan adil. Benarkah aku telah lupa?

Seminggu menjelang persidanganku, seorang mantan presiden negeri ini meninggal dunia. Hukum mengatakan bahwa ia terlibat kasus korupsi yang cukup besar yang desas desusnya dilakukan semasa pemimpinannya terdahulu. Aku tidak tahu, apakah semasa hidupnyapun pernah diteriaki, koruptor!? Apakah dia memiliki nasib yang sama denganku? Tentunya tidak! Terbukti dia tidak ditahan seperti yang aku rasakan saat ini. Tapi ia sakit, hukum tidak dapat menjangkaunya! Apakah sebaiknya akupun sakit? Tak kusangka, ketika ia meninggal, banyak orang berduka, padahal ia koruptor! Aku teringat beberapa tahun lalu, ketika terdapat desas-desus untuk menutup kasus korupsi mantan presiden tersebut dengan alasan dia telah banyak berjasa untuk bangsa ini, aku tersenyum kecut. Benarkah jasa seseorang dapat menutupi kejahatan yang telah dilakukannya? Jika seorang mantan pemimpin Negara dapat diampuni kejahatannya atas jasanya kepada bangsa, terlebih lagi aku, seorang kepala sekolah negeri, yang adalah guru, pencetak penerus bangsa ini, pencetak pemimpin bangsa ini, tentulah memiliki jasa yang sangat besar pula. Tanpa aku adakah pemimpin-pemimpin bangsa yang berjasa itu muncul? Akankah akupun beroleh pengampunan dengan menutup kejahatan, kekhilafanku yang paling bodoh seumur hidupku ini? Dan ketika akupun lelah, aku sakit, akankah banyak orang mendoakan kesembuhanku? Dan jika nasibku berakhir seperti si mantan pemimpin Negara itu, meninggal dengan kasus yang belum terselesaikan itu, akankah orang-orangpun akan berduka dan berhenti meneriakiku, koruptor!!? Ah..sudahlah, aku lelah!

Hari ini putusan sidangku dibacakan. Aku dijatuhi pidana lima tahun penjara serta diwajibkan membayar denda dengan jumlah yang sangat besar. Dadaku sesak, mataku basah, tapi hatiku masih bersyukur dihadapanNya, aku tahu Dia mengampuniku. Meskipun banyak pertanyaan yang kusimpan dihatiku mengenai fakta-fakta yang tidak dijangkau, tidak terjangkau ataupun tidak ingin dijangkau oleh hukum, namun untuk kehidupan pribadiku, integritasku, aku mengakui kesalahanku. Aku mengakui kedangkalan berfikirku yang tega mengambil hak orang lain untuk keperluan kehidupan pribadiku meskipun aku terdesak.

Pagi ini adalah Pagi yang ketiga puluh setelah aku dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman. Anak-anakku mengunjungiku dan membawakanku makanan, masakan istriku. Akupun melepas rinduku kepada mereka. Dengan semangat mereka menceritakan aktivitas sekolah mereka yang sepertinya menyenangkan, tapi aku tahu ada bagian yang tidak diceritakan. Bukan karena terlupa, tetapi menjaga perasaanku agar tidak semakin tersayat.

Ketika mereka menanyakan kabarku, aku tak ingin menutupi apapun. Kukatakan aku menderita, sungguh amat menderita. Aku merasa sangat tersiksa. Sangat berat berada dipenjara, dan ini akan kualami selama lima tahun dan harta bendakupun telah habis untuk membayar denda. Aku menunjukkan penderitaanku di depan anak-anakku, dan kutunjukkan pula penyesalanku dihadapan mereka. Aku ingin mereka belajar dari kisah hidupku, belajar dari kesalahanku agar kelak mereka tidak jatuh di lubang yang sama.

Di tengah pembicaraan kami, aku mengungkapkan kekecawaanku atas fakta-fakta yang terjadi yang menurutku tidak adil, tetapi aku tidak lupa untuk menasehati mereka agar tidak menirunya, tetapi memberantasnya dan menegakkan keadilan. Aku tunjukkan kemarahanku atas kekecewaanku, tetapi aku juga mengatakan aku adalah bagian dari orang-orang jahat itu. Aku berharap kelak mereka dapat melihat tidak hanya yang baik, tetapi mereka mampu melihat yang benar.

Ketika kami mulai bercerita mengenai keluarga, mengenai kakek mereka yang tidak kunjung sembuh, biaya pengobatan yang tinggi, ibu yang sedang berjuang menyekolahkan mereka dan kebutuhan hidup lainnya, mataku basah kembali. Akupun berkata, “Dulu ketika ayah korupsi, ayah memang menjadi mampu menutupi sedikit dari kebutuhan hidup kita. Tetapi sekarang, ketika kebenaran ditegakkan, jangankan sedikit, bahkan ayah tidak mampu berbuat apa-apa untuk hidup keluarga kita.” Aku ingin menunjukkan pada mereka betapa ruginya berbuat kejahatan. Tidak ada yang baik dari sebuah kejahatan.

Waktu berkunjung hampir habis, anak-anakku bertanya apa harapanku atas mereka. Akupun menjawab, aku ingin kalian memiliki integritas hidup yang benar yang sempat kukhianati dulu. Ketika mereka bertanya, “jika kami dihadapkan pada himpitan hidup yang sama, apa yang harus kami lakukan?” akupun kembali menjawab, “berjuanglah lebih keras lagi dan berserahlah dihadapanNya.” Aku sempat melupakan hal kedua dari penyataanku itu, pengharapan! Aku pernah muak dengan para koruptor di Negara ini dan menghakimi mereka dengan cara pandangku, dan aku berharap kelak generasi selanjutnya tidak memandang muak terhadap aku dan keluargaku. Para koruptor memang memuakkan! Tapi aku tidak mampu memberantasnya dengan kedua tanganku, tetapi aku mampu mencegahnya dari kehidupan keluargaku dengan pendidikan ilmu pengetahuan, moral dan spiritual. Aku meyakini, perubahan bangsa ini hanya dapat dimulai dari perubahan seorang insan dan keluarganya, itu yang disebut pengharapan! Semoga bangsa ini mampu segera bangkit dari keterpurukannya terutama dari korupsi.

-THE END_


begitulah kisahnya.
sebagai penulis cerita, pastinya aku bener-bener berharap tidak akan jatuh diposisi tokoh utama cerpen ini. Tapi kuakui memang, beban hidup terkadang membuat kita mengambil langkah yang salah. semoga cerpen tadi menginspirasi kita..Ga ada manusia yang sempurna didunia ini, tapi kita juga harus belajar yakin sih kalau sebenarnya Tuhanpun ga ngasih beban melebihi kekuatan kita sendiri.. Mudah mengungkapkannya, Tapi sangat-sangat teramat sulit melaksanakannya..tetap berjuang ya teman-teman, ga ada yang mustahil di dunia ini.
SEMANGAT!!



-shanshan si pemikir-

Jumat, 06 Mei 2011

BENAR..Namaku SHANTY!

Terurai akhir tahun kemarin...
shanshan ketika mencoba ungkapkan hidupnya dalam untaian kata


BENAR! Namaku Shanty...
Aku perempuan biasa dengan sejuta harapan yang buatku sungguh luar biasa.

Benar! Namaku Shanty..
Tuhan tidak mendesign hatiku dari besi ataupun baja. Tapi Ingat! Hatikupun tidak didesign serapuh lapisan tipis permukaan es yang akan mencari bahkan hanya dengan satu sentuhan lembut sekalipun.

Benar! Namaku Shanty..
Aku tidak selalu memenangkan pertandinganku. Tapi aku berbangga..karna aku bukan Si pengecut, yang mundur sebelum bertanding, bahkan pula bukan si Pencurang yang jauh lebih hina dari si Pengecut.

Benar! Namaku Shanty..
Meskipun aku tak punya hati seluas lapangan sepak bola tempat club-club sepakbola kenamaan menunjukkan kelihaiannya menggiring bola dan mencetak gol, tapi aku berjuang setengah mati melatih hatiku yang hanya setapak ini perlahan-lahan bertambah luasnya dengan menerima kritikan yang membangun, melempar ke ujung bumi kritik yang menjatuhkan, berbesar hati menerima setiap resiko dari keputusan yang kuambil, dan tulus dan bangga dengan pujian atas keberhasilan yang pernah kucapai..

Benar! Namaku Shanty...
Mungkin saja aku berbuat baik dengan kesadaran, apa yang baik tak selamanya benar.. tapi itupun tetap kulakukan, karna tak bisa kupungkiri sesuatu yang benar belum tentu diterima sebagai hal yang baik... Sudah kukatakan hatiku tak terbuat dari Besi ataupun Baja bukan?

Benar! Namaku Shanty..
Hidupku tak selalu mudah. dan tak selamanya pula mampu kuhadapi dengan berdiri tegak. kadang jatuh dan tertunduk. Tapi aku tak akan Tergeletak! karna kumiliki PEGANGAN YANG KOKOH dari PENOLONGKU. meskipun suaraNYA terdengar sayup-sayup tertutupi suara egoku..tapi suara itu tak kan pernah berhenti MENOLONGKU ke arah yang seharusnya kujalani. dengan iman tak lebih besar dari biji sesawi ini, kembali kutegaskan: AKU TAKKAN TERGELETAK!

Benar! Namaku Shanty..
Apalah artiku, tanpa DIA YANG MULIA memberiku arti.



DOA TENTANG KAU DAN AKU..

Dikutip dengan pengubahan dari MANNA SORGAWI (edisi tidak diingat lagi)..
kupersembahkan kepada para wanita, para tiang doa keluarganya..


PRAYER...
Bapa, aku berdoa untuk dia yang jika Tuhan berkehendak
akan menjadi bagian dari hidupku di sepanjang masa hidupku
Ya Allah,
bentuklah dia menjadi seorang pasangan yang sungguh mencintaiMu
lebih daripada segala sesuatu, bahkan lebih daripada diriku,
seorang yang hidup bukan untuk dirinya sendiri,
tetapi untukMu dan sesama.
Biarlah dia mengetahui bagi siapa dan untuk apa dia hidup, sehingga hidupnya terarah.

Bapa, aku merindukan dia sebagai pasangan yang mencintaiku,
bukan karena fisik, tetapi karena hati dan pribadiku.
Bentuklah dia menjadi pasangan yang berhati bijak,
bukan hanya sekedar cerdas secara intelektual

Bapa, aku sungguh menginginkan dia yang dapat menjadi
sahabat di setiap keadaan.
dia yang dapat membuat aku merasa sebagai
pribadi yang berharga ketika berada di dekatnya
Biarlah dia bersedia menghargai
serta menasehati ketika aku membutuhkannya.
Akupun bersedia mendukung dia di waktu-waktu yang tersulit
di dalam hidupnya.

Bapa, aku tidak meminta dia sebagai pasangan yang sempurna karena
aku rindu membuat hidupnya menjadi sempurna oleh kehadiranku di sisinya.
Aku mau menjadi rekan doa di sepanjang umur hidupnya,
merangkulnya untuk meneguhkan hatinya ketika ia ragu dan bimbang

Di atas segalanya, berilah aku hati yang sungguh mencintaiMu
sehingga aku dapat mengasihi dia dengan cintaMu yang sempurna,
bukan dengan cintaku yang lemah,
yang dapat terusik oleh egoku dan pudar oleh waktu

Berilah aku roh yang lemah lembut,
sehingga pribadiku dapat membawanya lebih dekat denganMu.


-shanshan-

Minggu, 01 Mei 2011

WHEN I SEE YOU SMILE...

Senin/2 Mei 2011, 10.45 Wib..
Ketika menempati ruang baru dikantor, ga ada kesibukan yang berarti..
tiba-tiba dengerin lagu Bad English, WHEN I SEE YOU SMILE..

Nice song...
emang bener lagunya..kehadiran seseorang yang "TEPAT" disisi kita akan menjadi penyemangat. Ga gampang menghadapi semua yang berhubungan dengan kehidupan. Tapi kehadiran "dia", ataupun keberadaannya, mungkin bukan solusi dari permasalahan yang kita hadapi, tapi adanya dia kan meyakinkan kita, bahwa semua akan baik-baik saja...

wanna share this song with you my Hasian..
RULY BAYU SITANGGANG ^_^

Sometimes I wonder If I'd ever make it through
Through this world without having in you
I just wouldn't have a clue
Cause sometimes it seems like this world's closing in on me
And there's no way of breaking free

and then I see you reach for me

Sometimes I wanna give up wanna give in
I wanna quit the fight

And then I see you baby
and everything's alright, everything's alright

When I see you smile I can face the world
Oh you know I can do anything
When I see you smile I see a ray of light
Oh I see it shining right through the rain

When I see you smile
Baby when I see you smile at me

Baby there's nothing in this world that could ever do
What the touch of your hand can doIt's like nothing that I ever knew

And when the rain is falling, I don't feel it
Cause you're here with me now
I wanna ask you baby
It's all I¹ll ever need, All I'll ever need

FROM THE BUTTOM OF MY HEART, wanna sing..
When I see you smile I can face the world
Oh you know I can do anything
When I see you smile I see a ray of light
Oh I see it shining right through the rain
When I see you smile Yeah I can face the world
Oh you know I can do anything now
When I see you smile Oh yeah
Baby when I see you smile
Smile at me



thank you hasian...
untuk tetap bersamaku ^_^