Tampilkan postingan dengan label depok. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label depok. Tampilkan semua postingan
Rabu, 15 Januari 2014
LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-7]
[Episode sebelumnya: tiba-tiba ada yang aneh dengan bahasa Bayu. Di kolom balasan Bayu terlihat icon :* yang berarti “mencium”, disusul icon “membuka tangan dan memeluk” dan terakhir tulisan, “Arli..aku merindukanmu $%+_)*^#) “. Arli syok! “apa-apa’an dia. Baru juga kenal, bahasanya udah begitu?” pikir Arli. Belum sempat membalas chat Bayu, tiba-tiba accout YM Bayu sign out. Arli terdiam. Belum lepas dari keterkejutannya, tiba-tiba handphone milik Arli berdering, 1 panggilan dari Bayu…Arli bergumam, “sekarang, mau apa lagi dia?”...]
Arli mencoba menimbang-nimbang, apakah harus menjawab telfon dari Bayu atau membiarkannya saja. Berkali-kali handphone Arli berdering membuat hati Arli luluh juga… dengan nada suara sedikit jengkel Arli menjawab, “apa-apa’an sih bahasa chattingnya. Keterlaluan banget..”. Dengan sedikit terbata-bata menunjukkan kesalahtingkahannya, Bayu menjawab, “maaf Arli, tadi pas lagi chatting, temen-teman pada dateng ke Lab, malah ngusilin. Jadi itu tadi bukan aku yang ngetik, ulah temen-temen disini. Mereka emang begitu, ga bisa dilarang, makanya langsung aku sign out tadi. Maaf ya..”. Spontan Arli tertawa terbahak-bahak, “ hahahaha..gitu toh ceritanya.” Arli masih tak henti-hentinya tersenyum. Dalam benaknya Arli berkata, “ya ampun, Bayu ini lugu banget..ngejelasin gitu aja sampai terbata-bata sebegitunya.” Mungkin saja keisengan siang itu sempat membuat hati Arli kesal, tapi pada akhirnya Arli dan Bayu justru merasa kejadian itu membawa angin baru dalam candaan mereka. Bayu lebih ekspresif, dan mulai berani untuk membuka candaan meskipun sesekali mengarah pada romantisme. Bahkan Arli hampir lupa kalau sebenarnya Bayu hanyalah sekedar kenalan baru saja, “tapi kok rasanya udah lama kenal ya?” Ungkap Arli di dalam hati.
Sedang asik-asiknya berpikir, tiba-tiba Arli melihat jam dinding yang tergantung di depannya, “Astaga..udah jam 1. 45 pm, kuliahku gimana nih?” pekik Arli sambil beranjak dari depan monitornya dan segera menuju kasir. Setelah menerima uang kembalian, Arli langsung berlari menuruni tangga warnet menuju gazebo Asrama dan langsung berlari lurus ke arah halte Bis Kampus, “Pakkk…tunggu” teriak Arli, dan Bis di depannya pun berhenti. “Neng Arli balapan lagi ya? Ga pagi ga sore, suka bener balapan sama bikun heheeh..” ujar sang supir Bis sambil tersenyum meledek Arli.
Arli hanya mampu membalas perkataan sang supir dengan merengut dan segera duduk pada kursi yang masih kosong. Siang-siang begini tidak banyak mahasiswa yang berangkat dari Asrama menuju kampus, mungkin mereka memilih makan siang dan istirahat di kampus, sedangkan Arli, setelah menghitung-hitung untung ruginya, ia lebih memilih makan di asrama, seperti kata pepatah, “hemat pangkal kaya” hehehe.
1.50 pm
Bis Kuning
Arli menikmati perjalanan singkatnya di dalam bis kampus yang disuguhi musik band anak negeri. Sepanjang perjalanannya Arli mencoba mereka ulang ketika Bayu meneleponnya tadi. "Ga nyangka, bisa sebegitu gugupnya juga dia" gumam Arli dalam hati. Arli merasakan ketulusan dalam kata-kata Bayu tadi, tentu saja hal kecil itu telah menyihir Arli menjadi semakin tertarik dengan pribadi Bayu. Lamunan Arli berakhir ketika Bis Kampus tiba di fakultas hukum. Sambil melangkah menuruni tangga Bis, Arli mengucapkan terima kasih kepada sang supir, “makasih pak” dan berlari menuju ruang belajar dan mencoba menyelinap masuk tanpa sepengetahuan sang dosen, dan….BERHASIL!
05.00 Wib
E2-4/06
Meskipun Alarm waker Arli belum berbunyi, Arli sudah terbangun. Arli punya misi yang harus dijalankannya. Beberapa waktu yang lalu Arli kehilangan handphonenya ketika menaiki bis kampus dan teledor meletakkan handphone pada laci paling belakang ranselnya. Dugaan Arli handphone monophonic warisan kakak tertuanya itu telah dicuri ketika ia turun beramai-ramai di halte Bis.
Sebagai anak rantau yang jauh dari orang tua, handphone menjadi alat komunikasi yang sangat berharga dan praktis, sehingga Arli harus berpikir cepat untuk mengganti handphonenya. Orangtua Arli mengirimkan uang dengan jumlah setengah dari harga handphone yang ingin dibeli Arli. Namun itu tidak mengurungkan niat Arli, dan dengan segera ia telah menemukan ide paling praktis..jualan donat. Arli mengecek data kamar di gedung asrama yang hanya untuk mahasiswi putri saja sudah mencapai hampir 350 kamar. Tentu saja penghuni asrama adalah pasar yang paling pas untuk memasarkan donat yang ingin Arli jual, apalagi di Asrama jarang menjual makanan lain selain nasi dan lauk pauk.
Dan inilah misi Arli. Selepas bangun pagi, Arli segera melangkah keluar dari Asrama dan menunggu angkutan umum berwarna coklat putih nomor 04 jurusan pasar minggu. Tidak butuh waktu yang lama, sebab angkutan ini mendominasi di wilayah depok. Sepagi ini jalanan masih sepi, dalam waktu 15 menit Arli sudah tiba dilokasi penjualan donat incaran Arli, “ALDI DONAT”. 1 kotak Donat terdiri dari 10 donat beraneka rasa dengan harga per kotak adalah Rp 5000,-, target Arli menjual donat dengan harga Rp 1000,- saja per donatnya sehingga Arli sudah mendapatkan keuntungan berkisar Rp 5000,- per kotaknya. Arli membeli 5 kotak donat dan segera beranjak pulang, Arli takut teman-temannya sudah lebih dulu menuju kantin untuk sarapan.
Setibanya di Asrama, Arli pun beraksi, “donat..donat”. Teman-teman seasrama Arli yang mungkin sudah kelaparan segera membuka pintu kamar dan memanggil, “Arli..mau 3 dong donatnya?”, dengan tersenyum Arli menjawab, “tiga ribuu..”, dan dalam waktu yang singkat 3 kotak donat sudah habis terjual. Arli memperhatikan bahwa donat rasa keju lebih laris terjual, “hhmmm..biar cepet pensiun, kita lancarkan strategi baru” gumam Arli yang baru saja menemukan strategi penjualan baru. Sambil berjalan menyusuri koridor-koridor Asrama putri, Arli berteriak, “donat…donat..Rp 1000 saja, donat keju Rp 1500 saja…jumlah terbatas”. Tidak berapa lama, donat dagangan Arli ludes terjual. Arli menghitung penghasilannya dan menambahkan dengan penjualan sebelum-sebelumnya, “horeee..udah melebihi harga handphone inceran”. Dengan demikian aksi jualan donat Arli resmi ditutup.
9.30 pm.
E2-4/06
Malam itu terlihat Arli yang sedang tiduran di atas tempat tidurnya, meluruskan kedua kakinya yang letih dan menyandarkannya ke dinding, sambil tersenyum ceria menekan angka-angka pada handphone yang sudah lunas dibayarkan Arli kepada kakaknya dari hasil penjualan donat. Memang handphone pengganti yang dimiliki Arli sekarang dibelikan kakaknya dari salah seorang teman dengan mendahulukan pembayarannya sebelum Arli memiliki cukup uang melunasinya. Dalam hitungan detik, telah muncul deretan angka yang merupakan nomor handphone milik Bayu dan terdengar beberapa kali nada panggil sebelum akhirnya Bayu menjawab telfon dari Arli.
Malam itu Arli menghabisnya lebih banyak waktu berbicara dengan Bayu dibandingkan malam-malam sebelumnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 pm, namun Arli masih asik dengan obrolannya. Tiba-tiba Arli tersentak dengan kalimat sederhana Bayu , “Arli, kamu kenapa sih mau telfonan sampai selama ini? kan pulsanya banyak terpakai..”. Saat itu berbagai perasaan berkecamuk di hati Arli, seperti tersadar dengan sikapnya yang sudah menganggap Bayu lebih dari kenalan baru, sekaligus kecewa dengan pertanyaan Bayu yang seolah-olah tidak mengerti dengan apa yang dirasakan Arli selama ini terhadap Bayu, kecewa karena mungkin saja ternyata selama ini perasaan Bayu sama sekali tidak sama dengan perasaan Arli.
Dengan segera Arli mengucapkan pamit kepada Bayu dengan alasan ingin beristirahat dan segera menonaktifkan handphonenya. Bayu yang merasakan tingkah Arli yang begitu dingin dan berbeda menjadi tak tenang. Berkali-kali Bayu mencoba menghubungi Arli, namun handphone Arli sudah tidak aktif. Bayu mencoba mencerna kata-kata yang sempat terucap dari bibirnya, apakah ada yang salah, namun Bayu tidak juga menemukannya.
Malam itu, Bayu tidak bisa memejamkan matanya. Sementara itu, rasa kesal di hati Arli bercampur dengan kesadaran bahwa perasaannya terhadap Bayu harus diperjelas. Namun ia buntu. 1 jam sudah berlalu, dan Arli hanya duduk terdiam dengan segudang permasalahan berkecamuk di hatinya. Dengan menghela nafas panjang, diambilnya handphone yang terletak di atas meja belajarnya, dan mulai mengetik kalimat-kalimat yang hendak ditujukannya kepada Bayu. Kalimat itu seperti mengalir begitu saja sebagai ungkapan perasaan sekaligus kekecewaannya kepada Bayu, dan tanpa Arli sadari sudah menghasilkan 5 halaman sms yang isinya berbunyi……………………………
[to be continued..]
LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-3]
[Episode sebelumnya: Dan tiba-tiba.....muncullah
account Bayu yang lengkap dengan fotonya disana. Jantung Arli sempat berhenti
sejenak seperti jari-jarinya yang tiba-tiba diam tak bisa bergerak pada
keyboard komputer. "apa yang harus kulakukan sekarang??" gumam Arli
dalam hati...]
Kalau saja Arli sempat
menghitung, entah sudah berapa puluh kali Arli menggumam seorang diri, “trus,
sekarang aku mau ngapain?”. Akhirnya, Arli menarik nafas panjang, “huufff…”,
dengan sedikit menahan nafas, Arli mengarahkan cursor pada accout Friendster
Bayu dan secara cepat menekan sisi kiri mouse sebanyak dua kali. Seketika itu
juga… muncullah profile Bayu pada monitor.
Arli tersipu-sipu malu..saat itu ia
merasa Foto Bayu pada monitor sedang menangkap basah dirinya yang telah
setangah mati mencaritau tentang Bayu.. Pipi Arli memerah, senyuman tak bisa
lekang dari wajahnya. Arli menyadari itu perasaannya saat ini konyol, tapi
sayangnya Ia tak mampu mengendalikannya. Ingin rasanya Arli menutup situs
Friendster di hadapannya dan kembali ke kantin mengambil koper, membopongnya
melewati berpuluh anak tangga menuju lantai 4, dan segera meringkuk di tempat
tidur sambil berharap semoga besok pagi Arli menemukan dirinya sudah Amnesia
akut dan tak mengingat siapa Bayu dan tak mengingat pencarian saktinya di
Friendster. Namun apa yang terjadi? Arli bahkan tak mampu menggerakkan
jari-jarinya sekedar memindahkan arah cursor di monitor, beughhh.. konon
katanya melangkahkan kaki keluar dari warnet..
Arli mencoba berkompromi dengan
egonya menggunakan berbagai alasan pembenar, “yaelah..apa salahnya ninggalin
sapaan di message friendsternya Bayu, sekedar “say hi”lah. Namanya juga temen,”
namun sang ego menjawab, “lihat jam Arli?? Kamu mau nyapa jam segini? Ketauan
banget ngejarnya..”. ditengah kegalauannya, Arli memutuskan untuk tetap menyapa
Bayu melalui sarana message pada friendster. Tekadnya sudah bulat! Namun ketika
hendak mengetikkan kata-kata sapaan untuk Bayu, arghhh…lagi-lagi Arli terdiam.
Ia harus benar-benar menemukan kalimat pembuka yang tepat. Bagi Arli ini
superrrrr…penting, karna dia harus memilih, lanjutkan lagi perkenalan kemarin
atauuu… lupakan saja untuk selamanya!
Dan perlahan Arlipun mulai
menekan satu persatu huruf pada keyboard computer yang menghasilkan 1 kalimat
sakti sebagai pembuka, “hai Bayu..aku mau buktikan nih, ga cuma kecepatan
berbicara ala Medanku bisa ngalahin kamu, inisiatif juga kamu kalah jauh dari
aku. See??? Aku lebih canggih dari kamu”, dan Arlipun mulai bisa bernafas
normal. Baginya kalimat itu sudah cukup diplomatis untuk menenangkan egonya.
Dalam 10 menit Arli telah berhasil menyelesaikan “pesan” nya untuk Bayu, namun
Arli masih menunda pengiriman pesan. Ia mencoba menimbang-nimbang, “salah ga
kalau aku cantumin no hp ku? Agresif ya? Tapi mau gimana lagi, toh tujuan pengiriman
pesan mau buka peluang melanjutkan komunikasi, kenapa ga skalian aja no hp ya?
Kan targetku: lanjutkan perkenalan dengan Bayu atauuu..lupakan untuk
selamanya!” Ibarat slogan salah satu organisasi pemuda yang banyak terpampang
di pinggir-pinggir jalan dengan background warna belang-belang orange hijau
tua, “sekali layar terkembang, surut kita berpantang”, begitu jugalah tekad
Arli saat itu..”akhh..sudahlah, terjadilah apa yang harus terjadi. Toh aku
sejauh ini aku ga punya peluang bakal ketemu lagi dengannya, ya..kalaupun yg
kulakukan ini ga tepat, aku tak beresiko bakal malu dihadapannya” batin Arli
membulatkan tekadnya.
Tiba-tiba muncul ide di benak
Arli yang ia tuangkan di catatan terbawah message-nya, “Bayu, ni nomor saktiku
o813xxxxxxxxx, jaga-jaga aja siapa tau kamu butuh konsultasi hukum,
yahh..mumpung aku belum tenar hahaha.. skalian ntar kalo kamu nemu ide-ide baru
yg bisa ngasilin duit buat nambahin uang jajan, langsung share ke aku. Kalau
aku kaya karna idemu, aku traktir sepuasnya hahahaha…”. DONE! setelah membaca
ulang berkali-kali pesan tersebut, Arli menyimpulkan “pesan utama” sudah
tersampaikan meskipun casing pesannya dibuat se’becanda mungkin. Semoga Bayu ga
lemot-lemot amat buat nangkep makna di balik message Arli, hahahaha.
Dalam kelelahannya
Arlipun segera meng-click tombol “send” pada monitor. Di benaknya Arli berkata,
“kalau seandainya perasaan Bayu sama seperti apa yang aku rasakan saat ini,
pastilah Bayu bertrimakasih banget atas inisiatifku yang luarrr biasaaa, gumam Arli dalam hati.
Akhhh..ngapain dipusingin lagi,
toh Pesan sudah terkirim, ga guna nyesal..saatnya menjemput koper dan
mengakhiri malam ini dengan tidur pulasss…Arlipun bergegas meninggalkan warnet
dan menjemput koper serta berpamitan menuju kamarnya. Malam itu Arli berusaha
untuk segera tertidur. Tapi Arli tak dapat seolah-olah tak merasakan
debaran-debaran jantungnya yang terasa seperti letupan kembang api malam tahun
baru..belum habis letupan pertama akibat teringat pertemuan-pertemuannya dengan
Bayu di kapal, letupan berikutnya sudah muncul ketika Arli teringat
kenekatannya yang luar biasa mencaritau tentang Bayu..begitu seterusnya membuat
Arli tak berhenti menghela nafas panjang berusaha menenangkan degup jantungnya.
Ternyata kelelahan mengangkat koper sambil menaiki anak tangga setinggi 4
lantai gedung asrama sangat membantu, ..Arlipun tertidur lelap.
Fakultas Hukum UI
13 Agustus 2005. Meskipun perkuliahan semester III Arli belum dimulai, Arli memutuskan untuk datang ke kampus pagi ini, sekedar mengecek apakah mata kuliah yang dipilih telah ‘direstui’ dosen pembimbing akademik atau belum, dan sisa waktu yang ada tentu saja demi menjumpai Ruth sahabat Arli untuk menceritakan kisah kapal Kelud yang unik dan sedikit konyol . Arli tau, Ruth akan mentertawakan kenekatannya, ah..tak apalah. Setidaknya ‘letupan’ yang Arli rasakan sudah saatnya dibagikan pada oranglain, bela Arli dalam hati..
“Yiiihaa..”
teriak Arli ketika keluar dari ruangan dosen pembimbing akademiknya, yap! Benar
sekali..mata kuliah Arli seluruhnya direstui. Berarti semester III ini akan
terasa berat, karna Arli telah mengambil full 24 SKS. Sebelum mengakhiri
pertemuan tadi, dosen Pembimbing Akademik Arli sempat memberi pesan pada Arli,
“Arli..ibu setuju kamu ambil 24 SKS dengan catatan..IP kamu semester depan
tidak boleh turun dari IP kamu semester ini, minimal tidak kurang dari 3. Itu
perjanjian kita..kalau turun, semester berikutnya ibu yang tentuin jumlah SKS
yang bisa kamu ambil. Kamu kan belum punya pacar..ibu sih seneng-seneng aja
kalau semester ini kamu punya pacar,emang udah saatnya. tapi dia harus mampu
bikin kamu semangat blajar supaya IP kamu tinggi. Kan ga zaman lagi “mata
duitan” yang zaman sekarang “mata IP-an”..ga bisa naikin IP, putus!” Arli dan
ibu PA nya pun tertawa terbahak-bahak…
Arli
mengambil hp monophonicnya dari saku tas dan segera menelfon Ruth sahabatnya,
“Ruth, dimana? Aku di depan ruangan Bu Ana. Ketemuan yuk..aku mau cerita nih.
Pokoknya seru..”. Ruth menjawab, “pas, aku ga jauh dari situ, tunggu ya.”
Arlipun bertemu dengan Ruth, dan tanpa basa-basi langsung cerita,
“Ruthhh..aku
udah melakukan hal paling nekat, paling konyol yang pernah kulakukan.” Setelah
dengan berapi-api Arli menceritakan mula pertama bertemu Bayu sampai pada
pengiriman message di Friendster Bayu, Ruth tertawa terbahak-bahak, “ya ampunnn
konyoolll. Emang deh, kamu tuh selalu aja punya kisah konyol ya..trus menurutmu
Bayu bakal menghubungi kamu setelah baca messagemu?”
Belum sempat Arli menjawab
pertanyaan Ruth, tiba-tiba terdengar nada khas sms masuk di hp Nokia monophonic
sejuta umat milik Arli, “titut…titut..”, Arlipun membuka smsnya, hah, TANPA
NAMA, berarti tidak terdaftar di phonebook Arli. Arlipun dengan sedikit malas
membaca pesan di dalamnya yang singkat tapi hampir meruntuhkan persendian Arli,
“Hai Arli pejuang tangguh, aku mau konsultasi hukum nih (Bayu)”. Dengan wajah
menggambarkan keterkejutan, Arli mengarahkan layar hp nya kepada Ruth, sebagai
jawaban atas pertanyaan Ruth padanya..suasana hening sebentar, dan berakhir
dengan derai tawa…
[to be continued..]
Langganan:
Postingan (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2014
(15)
-
▼
Januari
(15)
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-15]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-TIba.... [Episode-14]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba.... [Episode-13]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba.... [Episode-12]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-tiba... [Episode-11]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-10]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-9]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-8]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-7]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-6]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode 5]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-4]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-3]
- LOVE BOAT: Cinta Datang tiba-tiba... (episode-2)
- LOVE BOAT : Cinta Datang Tiba-tiba...
-
▼
Januari
(15)