[Episode sebelumnya: Dan tiba-tiba.....muncullah
account Bayu yang lengkap dengan fotonya disana. Jantung Arli sempat berhenti
sejenak seperti jari-jarinya yang tiba-tiba diam tak bisa bergerak pada
keyboard komputer. "apa yang harus kulakukan sekarang??" gumam Arli
dalam hati...]
Kalau saja Arli sempat
menghitung, entah sudah berapa puluh kali Arli menggumam seorang diri, “trus,
sekarang aku mau ngapain?”. Akhirnya, Arli menarik nafas panjang, “huufff…”,
dengan sedikit menahan nafas, Arli mengarahkan cursor pada accout Friendster
Bayu dan secara cepat menekan sisi kiri mouse sebanyak dua kali. Seketika itu
juga… muncullah profile Bayu pada monitor.
Arli tersipu-sipu malu..saat itu ia
merasa Foto Bayu pada monitor sedang menangkap basah dirinya yang telah
setangah mati mencaritau tentang Bayu.. Pipi Arli memerah, senyuman tak bisa
lekang dari wajahnya. Arli menyadari itu perasaannya saat ini konyol, tapi
sayangnya Ia tak mampu mengendalikannya. Ingin rasanya Arli menutup situs
Friendster di hadapannya dan kembali ke kantin mengambil koper, membopongnya
melewati berpuluh anak tangga menuju lantai 4, dan segera meringkuk di tempat
tidur sambil berharap semoga besok pagi Arli menemukan dirinya sudah Amnesia
akut dan tak mengingat siapa Bayu dan tak mengingat pencarian saktinya di
Friendster. Namun apa yang terjadi? Arli bahkan tak mampu menggerakkan
jari-jarinya sekedar memindahkan arah cursor di monitor, beughhh.. konon
katanya melangkahkan kaki keluar dari warnet..
Arli mencoba berkompromi dengan
egonya menggunakan berbagai alasan pembenar, “yaelah..apa salahnya ninggalin
sapaan di message friendsternya Bayu, sekedar “say hi”lah. Namanya juga temen,”
namun sang ego menjawab, “lihat jam Arli?? Kamu mau nyapa jam segini? Ketauan
banget ngejarnya..”. ditengah kegalauannya, Arli memutuskan untuk tetap menyapa
Bayu melalui sarana message pada friendster. Tekadnya sudah bulat! Namun ketika
hendak mengetikkan kata-kata sapaan untuk Bayu, arghhh…lagi-lagi Arli terdiam.
Ia harus benar-benar menemukan kalimat pembuka yang tepat. Bagi Arli ini
superrrrr…penting, karna dia harus memilih, lanjutkan lagi perkenalan kemarin
atauuu… lupakan saja untuk selamanya!
Dan perlahan Arlipun mulai
menekan satu persatu huruf pada keyboard computer yang menghasilkan 1 kalimat
sakti sebagai pembuka, “hai Bayu..aku mau buktikan nih, ga cuma kecepatan
berbicara ala Medanku bisa ngalahin kamu, inisiatif juga kamu kalah jauh dari
aku. See??? Aku lebih canggih dari kamu”, dan Arlipun mulai bisa bernafas
normal. Baginya kalimat itu sudah cukup diplomatis untuk menenangkan egonya.
Dalam 10 menit Arli telah berhasil menyelesaikan “pesan” nya untuk Bayu, namun
Arli masih menunda pengiriman pesan. Ia mencoba menimbang-nimbang, “salah ga
kalau aku cantumin no hp ku? Agresif ya? Tapi mau gimana lagi, toh tujuan pengiriman
pesan mau buka peluang melanjutkan komunikasi, kenapa ga skalian aja no hp ya?
Kan targetku: lanjutkan perkenalan dengan Bayu atauuu..lupakan untuk
selamanya!” Ibarat slogan salah satu organisasi pemuda yang banyak terpampang
di pinggir-pinggir jalan dengan background warna belang-belang orange hijau
tua, “sekali layar terkembang, surut kita berpantang”, begitu jugalah tekad
Arli saat itu..”akhh..sudahlah, terjadilah apa yang harus terjadi. Toh aku
sejauh ini aku ga punya peluang bakal ketemu lagi dengannya, ya..kalaupun yg
kulakukan ini ga tepat, aku tak beresiko bakal malu dihadapannya” batin Arli
membulatkan tekadnya.
Tiba-tiba muncul ide di benak
Arli yang ia tuangkan di catatan terbawah message-nya, “Bayu, ni nomor saktiku
o813xxxxxxxxx, jaga-jaga aja siapa tau kamu butuh konsultasi hukum,
yahh..mumpung aku belum tenar hahaha.. skalian ntar kalo kamu nemu ide-ide baru
yg bisa ngasilin duit buat nambahin uang jajan, langsung share ke aku. Kalau
aku kaya karna idemu, aku traktir sepuasnya hahahaha…”. DONE! setelah membaca
ulang berkali-kali pesan tersebut, Arli menyimpulkan “pesan utama” sudah
tersampaikan meskipun casing pesannya dibuat se’becanda mungkin. Semoga Bayu ga
lemot-lemot amat buat nangkep makna di balik message Arli, hahahaha.
Dalam kelelahannya
Arlipun segera meng-click tombol “send” pada monitor. Di benaknya Arli berkata,
“kalau seandainya perasaan Bayu sama seperti apa yang aku rasakan saat ini,
pastilah Bayu bertrimakasih banget atas inisiatifku yang luarrr biasaaa, gumam Arli dalam hati.
Akhhh..ngapain dipusingin lagi,
toh Pesan sudah terkirim, ga guna nyesal..saatnya menjemput koper dan
mengakhiri malam ini dengan tidur pulasss…Arlipun bergegas meninggalkan warnet
dan menjemput koper serta berpamitan menuju kamarnya. Malam itu Arli berusaha
untuk segera tertidur. Tapi Arli tak dapat seolah-olah tak merasakan
debaran-debaran jantungnya yang terasa seperti letupan kembang api malam tahun
baru..belum habis letupan pertama akibat teringat pertemuan-pertemuannya dengan
Bayu di kapal, letupan berikutnya sudah muncul ketika Arli teringat
kenekatannya yang luar biasa mencaritau tentang Bayu..begitu seterusnya membuat
Arli tak berhenti menghela nafas panjang berusaha menenangkan degup jantungnya.
Ternyata kelelahan mengangkat koper sambil menaiki anak tangga setinggi 4
lantai gedung asrama sangat membantu, ..Arlipun tertidur lelap.
Fakultas Hukum UI
13 Agustus 2005. Meskipun perkuliahan semester III Arli belum dimulai, Arli memutuskan untuk datang ke kampus pagi ini, sekedar mengecek apakah mata kuliah yang dipilih telah ‘direstui’ dosen pembimbing akademik atau belum, dan sisa waktu yang ada tentu saja demi menjumpai Ruth sahabat Arli untuk menceritakan kisah kapal Kelud yang unik dan sedikit konyol . Arli tau, Ruth akan mentertawakan kenekatannya, ah..tak apalah. Setidaknya ‘letupan’ yang Arli rasakan sudah saatnya dibagikan pada oranglain, bela Arli dalam hati..
“Yiiihaa..”
teriak Arli ketika keluar dari ruangan dosen pembimbing akademiknya, yap! Benar
sekali..mata kuliah Arli seluruhnya direstui. Berarti semester III ini akan
terasa berat, karna Arli telah mengambil full 24 SKS. Sebelum mengakhiri
pertemuan tadi, dosen Pembimbing Akademik Arli sempat memberi pesan pada Arli,
“Arli..ibu setuju kamu ambil 24 SKS dengan catatan..IP kamu semester depan
tidak boleh turun dari IP kamu semester ini, minimal tidak kurang dari 3. Itu
perjanjian kita..kalau turun, semester berikutnya ibu yang tentuin jumlah SKS
yang bisa kamu ambil. Kamu kan belum punya pacar..ibu sih seneng-seneng aja
kalau semester ini kamu punya pacar,emang udah saatnya. tapi dia harus mampu
bikin kamu semangat blajar supaya IP kamu tinggi. Kan ga zaman lagi “mata
duitan” yang zaman sekarang “mata IP-an”..ga bisa naikin IP, putus!” Arli dan
ibu PA nya pun tertawa terbahak-bahak…
Arli
mengambil hp monophonicnya dari saku tas dan segera menelfon Ruth sahabatnya,
“Ruth, dimana? Aku di depan ruangan Bu Ana. Ketemuan yuk..aku mau cerita nih.
Pokoknya seru..”. Ruth menjawab, “pas, aku ga jauh dari situ, tunggu ya.”
Arlipun bertemu dengan Ruth, dan tanpa basa-basi langsung cerita,
“Ruthhh..aku
udah melakukan hal paling nekat, paling konyol yang pernah kulakukan.” Setelah
dengan berapi-api Arli menceritakan mula pertama bertemu Bayu sampai pada
pengiriman message di Friendster Bayu, Ruth tertawa terbahak-bahak, “ya ampunnn
konyoolll. Emang deh, kamu tuh selalu aja punya kisah konyol ya..trus menurutmu
Bayu bakal menghubungi kamu setelah baca messagemu?”
Belum sempat Arli menjawab
pertanyaan Ruth, tiba-tiba terdengar nada khas sms masuk di hp Nokia monophonic
sejuta umat milik Arli, “titut…titut..”, Arlipun membuka smsnya, hah, TANPA
NAMA, berarti tidak terdaftar di phonebook Arli. Arlipun dengan sedikit malas
membaca pesan di dalamnya yang singkat tapi hampir meruntuhkan persendian Arli,
“Hai Arli pejuang tangguh, aku mau konsultasi hukum nih (Bayu)”. Dengan wajah
menggambarkan keterkejutan, Arli mengarahkan layar hp nya kepada Ruth, sebagai
jawaban atas pertanyaan Ruth padanya..suasana hening sebentar, dan berakhir
dengan derai tawa…
[to be continued..]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar