[Episode sebelumnya: tiba-tiba terdengar nada khas sms masuk di hp
Nokia monophonic sejuta umat milik Arli, “titut…titut..”, Arlipun membuka
smsnya, hah, TANPA NAMA, berarti tidak terdaftar di phonebook Arli. Arlipun
dengan sedikit malas membaca pesan di dalamnya yang singkat tapi hampir
meruntuhkan persendian Arli, “Hai Arli pejuang tangguh, aku mau konsultasi
hukum nih (Bayu)”..]
Dengan
sedikit menarik nafas, “uuuhh..” Arli mulai mencoba mengetik beberapa kata di
handphonenya untuk membalas sms dari Bayu. Arli berharap pilihan kata-katanya
terkesan santai dan sederhana. Mungkin pengaruh “ego perempuan”nya yang
kadang-kadang muncul, kadang-kadang tenggelam.. Namun sayang, belakangan ini
“Ide” adalah barang yang langka bagi Arli. Biasanya Arli yang mudah bergaul,
tidak perlu berpikir untuk menyapa atau berpikir untuk mengirimkan pesan, bagi
Arli pilihan kata tidak begitu penting, “asal pesan telah dapat dipahami oleh
sipenerima pesan, maka penyampaian pesan dinyatakan berhasil”, itu prinsip
Arli. Kali ini berbeda! Arli terlalu teliti, terlalu peduli dengan pilihan kata
yang dikenal Arli dengan istilah “diksi” di zaman SMA nya dahulu, terlalu
banyak pertimbangan sebelum benar-benar menekan tombol ‘send’ atau tombol hijau
di handphone monophonic miliknya.
Pada
akhirnya Arli memilih untuk membalas sms bayu dengan hal yang masih terkait
dengan pembahasan mereka ketika berada di kapal. Menurut Arli itu lebih mudah
digunakan untuk menjembataninya dengan percakapan berikutnya bersama Bayu.
“Hai..ini no hp kamu kan? Lumayanlah, siapa tau ntar ortu telat ngirim bulanan,
udah tau harus mengadu kemana, siapa tau aja mau berbagi ilmu buat nyari duit
hehe..” Arli selesai mengetiknya, membacanya kembali..tersenyum sebentar, dan
segera menekan tombol hijau, “SEND”. Tidak lama berselang, Bayu sudah membalas
sms Arli dengan kalimat pendek, padat, dan santai, persis sama dengan bentuk
sms Bayu pertama yang pada akhirnya menjadi ciri khas sms-sms Bayu berikutnya.
Berbeda dengan Arli. Gambaran sosok Arli benar-benar terlukis dari caranya
mengirim pesan, dengan kata-kata yang cukup panjang, bahasa yang santai, dan
pastinya selalu disisipi candaan sederhana namun cukup untuk membuat Bayu tersenyum,
bahkan tertawa terpingkal-pingkal.
Persaingan
telekomunikasi yang masih redup dan masih dikuasai merk yang itu-itu saja
membuat harga pulsa masih jauh dari jangkauan masyarakat luas terutama para
mahasiswa. Entah mengapa tidak ada pihak lain yang tertarik terjun ke dunia
persaingan telekomunikasi saat itu, setidaknya pertambahan pesaing akan
berdampak positif bagi konsumen yang akan semakin dianggap sebagai raja,
sbagaimana semboyan “pembeli adalah raja”. Itulah yang terus-terusan dipikirkan
Arli selepas menekan tombol *888# di handphone miliknya. Dengan uang bulanan
Arli yang super terbatas dan butuh nalar dan bijak melebihi seorang menteri
keuangan, Arli sedikit meradang dengan hobi barunya saat ini, sms-an dengan
Bayu. Ternyata Arli tidak meradang sendirian. Bayupun mulai mengecek sisa
pulsanya, “ah..sekarat”. Bayu tak hilang akal, Ia yang biasa menghabiskan
waktunya di labkomputer kampus segera menemukan solusi. Di sms terakhirnya hari
itu Bayu segera mencantumkan email Yahoomessanger miliknya. Dengan demikian
jalur komunikasi baru Bayu dan Arli resmi dibuka.
Keesokan
harinya..
Minggu ini
merupakan minggu terakhir liburan menjelang dimulainya semester baru
perkuliahan di kampus Arli dan Arli telah mempersiapkan mata kuliah untuk
semester III nya. Arli lega semua urusan kampus sudah rampung, “saatnya
bersantai-santai sebelum dibantai 24 sks” pikir Arli. Dengan langkah sedikit
gontai akibat kesadaran sehabis bangun pagi belum sempurna, Arli membuka pintu
kamarnya yang ditempeli tulisan E2-4/06 yang artinya kamar Arli berada di
lantai 4 Gedung Asrama E2 nomor 6.
Seperti telah menghafal langkah, dengan mata
belum terbuka sempurna Arli berjalan menuju kamar mandi, belum sempat berbelok
menuju kamar mandi, Arli bertemu dengan Mei, temannya asal Sibolga yang
berkuliah di fakultas keperawatan. “Mei..udah bangun juga? Ntar aku ke kamarmu
ya..aku mau crita, oke”, Mei yang sedang sibuk membersihkan keset kaki di depan
kamarnya segera menjawab, “oke..”, Arlipun segera berbelok menuju kamar mandi,
mengambil kotak alat mandinya di deretan kotak alat mandi yang berjejer rapi
milik teman-teman sekoridornya dan segera mencuci muka dan menyikat gigi.
“mandinya ntar aja ah..brrrrr..dingin”, gumam Arli sambil meletakkan kembali
kotak alat mandinya ke tempat semula dan melangkah kamar Mei.
Seperti
biasa Arli menemukan kamar Mei sudah rapih, tercium aroma pembersih lantai
beraroma bunga kesukaan Mei bercampur dengan aroma nasi yang sudah tanak,
“asik..si Mel udah masak” batin Arli sambil tersenyum. “Mei..mau sarapan ya?
Bagiiii..” seru Arli. Mei segera mengambil piring lainnya untuk Arli,
menyendokkan nasi dan mengambil lauk yang Mei beli di kantin bawah. Mereka
memang sudah terbiasa makan bersama, kadang Mei yang makan di kamar Arli, atau
di kamar Mona, kamar Nancy, kamar Eflin, kamar Lucy..begitulah anak Rantau,
teman akan menjadi keluarga kedua mereka.
Setelah
selesai makan, Arli mulai mengambil posisi yang enak untuk bercerita, Ia segera
naik ke atas tempat tidur Mei yang sudah rapi dan spreinya berkerut kembali
akibat gerakan Arli, duduk bersandar pada dinding kamar dan mengambil bantal
untuk dipeluk.
“Mei..tau ga, kemarin pas aku balik ke sini naik kapal, aku
ketemu seseorang. Namanya Bayu. Asli Batak tapi kelahiran Bandung. Dia baru
balik dari Inalum, kuliah praktek disana. Anak ITB Mei..ga cakep sih, tapi
seneng aja sama pembawaannya. Dia sederhana, ngomongnya santai ga nyombong,
trus mandiri pula..kami sempat ngobrol lama di kapal. Terus....bla..bla..bla..”
Arli bercerita panjang lebar sedangkan Mei mulai geleng-geleng kepala. “dasar
kau ya..trus menurutmu dengan ketemuan di Kapal Cuma 1 kali itu bisa langsung
percaya sama cowok itu? Kalau saranku sih, bagus sih kalau komunikasi kalian
berlanjut, tapi hati-hati ya..jangan terlalu percaya dulu, kan belum kenal
betul”. Arli memperhatikan kata-kata Mei dan membenarkannya.
Tidak
beberapa lama kamar Mei sudah ramai kedatangan teman-teman lainnya, Mona,
Eflin, Lucy dan Nancy. Mereka tertawa terbahak-bahak mendengarkan kisah Arli di
Kapal, namun mereka juga punya pendapat yang sama dengan Mei. Bagaimanapun juga
Arli adalah sahabat yang mereka sayangi, wajarlah mereka mewanti-wanti Arli.
Matahari mulai meninggi, Arli dan teman-temannya membubarkan diri dari
kamar Mei dan mulai sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Sementara itu Arli
memilih untuk mencuci seember bajunya, “mumpung kamar mandi masih sepi” gumam
Arli. Diiringi musik dari walkman miliknya, Arli mulai mencuci. Entah mengapa
Arli tidak begitu tertarik dengan lagu yang biasanya selalu mampu membuat Arli
ikut bernyanyi, kali ini pikiran Arli melayang jauh..Arli memikirkan
matang-matang perkataan Mei dan teman-temannya. “Ah..benar juga ya. Kok Aku
polos bener, baru kenal bentar di kapal, udah ngasih nomor handphone segala,
gimana kalau Bayu itu bukan seperti yang aku bayangkan selama ini ya?” pikiran
Arli berkecamuk...
[to be continued..]
Rabu, 15 Januari 2014
LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode 5]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2014
(15)
-
▼
Januari
(15)
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-15]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-TIba.... [Episode-14]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba.... [Episode-13]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba.... [Episode-12]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-tiba... [Episode-11]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-10]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-9]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-8]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-7]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-6]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode 5]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-4]
- LOVE BOAT: Cinta Datang Tiba-Tiba... [Episode-3]
- LOVE BOAT: Cinta Datang tiba-tiba... (episode-2)
- LOVE BOAT : Cinta Datang Tiba-tiba...
-
▼
Januari
(15)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar